Penutup doa setelah surah al Fatihah dibacakan dalam sholat adalah berupa bacaan "aamieen". Namun, saya baru mengetahui bahwa penutup doa yang terdiri dari satu suku kata tersebut bikin masygul kelompok yahudi sedunia.
Tulisan ini saya susun berdasarkan materi pengajian selama Ramadhan tahun 2024 ini. Kebetulan kajian bakda subuh tadi membahas tentang sholat. Diantara fakta yang disampaikan pemateri menarik perhatian saya. Di antaranya terkait penutup doa dan kaum Yahudi.
"Penutup Doa dalam Sholat Bikin Masygul Kaum Yahudi". Sumber : Milada Vigerova - Unsplash |
Sungguh beruntung Ramadhan tahun ini dimulai dengan suasana yang cukup kondusif. Meski proses pemungutan suara Pemilu 2024 sudah selesai, dan proses penghitungannya sedang berlangsung, kaum muslimin di Indonesia berbondong-bondong melaksanakan sholat tarawih dan sholat subuh secara berjamaah. Aman dan nyaman.
Doa-doa pun terlantun dengan indah. Baik yang disiarkan melalui pengeras suara masjid maupun yang dilantunkan setelah sholat didirikan.
Pengeras suara tempat saya mendirikan subuh berjamaah dipakainya juga untuk menyiarkan kajian agama. Setelah sholat didirikan, para jamaah berdizikir bersama yang diarahkan oleh imam. Beliau kemudian memimpin doa; dan kami "aamieen" kan.
Segera setelah hajat kami kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, tersampaikan dalam doa-doa yang panjang, pengurus masjid mengatur jalannya kajian bakda subuh. Sebuah meja tinggi menjulang untuk sang imam menyampaikan materinya.
Di dekat meja, dikelilingi oleh sekitar 8 (delapan) meja rekal bagi para pengurus masjid mencatat apa yang disampaikan sang imam. Sedangkan kami, jamaah reguler mengisi spot-spot yang tersedia, baik di dekat tiang masjid, tembok masjid, atau juga spot-spot kosong lainnya di belakang pengurus.
Bisa dikatakan, pembahasan tentang fiqih mudah bikin rasa bosan hadir. Hampir seluruh jamaah yang mengikuti kajian tertidur. Saya pun hampir tertidur. Fokus saya hampir hilang kalau bukan pas bagian "penutup doa" umat Islam disampaikan langsung oleh sang imam.
Fakta terkait penutup doa ini ternyata tidak sesederhana suku kata yang digunakan. "Aamiien" memang hanya terdiri dari satu suku kata. Tetapi falsafah, manfaat dan dampaknya cukup besar bagi mereka yang mengimaninya.
Aamiien memiliki arti "kabulkanlah doa kami". Ianya juga kata penutup ketika surah Al Fatihah selesai dibacakan di dalam sholat. Sang imam yang juga pengisi materi kajian bakda subuh awalnya membahas tentang jeda antara bacaan surat pembuka dengan surat lainnya di dalam sholat.
Aamiien dibacakan oleh seluruh jamaah sholat. Bahkan, dalam sejarahnya, sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW ketika membaca penutup doa tersebut dibacakan secara kencang. "Saking kencangnya tiang-tiang dan atap masjid bergetar", tutur sang imam subuh tadi.
Yang menarik perhatian saya, sang imam menuturkan kalimat di atas dengan wajah yang flat, intonasi suara yang biasa saja (seperti orang lagi baca buku dikelas), dan membuat hampir seluruh jamaah makin terlelap dalam tidurnya.
Akan tetapi, otak saya mencerna fakta tersebut dalam konotasi positif dan penuh penasaran. Bahwa ada sebuah gairah yang menyala di dalam kata "aamiien" itu. Ada sebuah harapan seorang hamba yang ingin didengar oleh Sang Maha Pencipta. Jika perilaku tersebut disunnahkan oleh Nabi, artinya dianjurkan oleh umat Islam sedunia untuk mengencangkan penutup doa di dalam sholat.
Namun dibalik gairah dalam penutup doa itu ada sebuah kepercayaan diri yang tidak dimiliki oleh kaum yahudi.
Dari kaum Yahudi ini lah lahir agama Yahudi itu sendiri dan agama Nasrani. Mereka berdoa kepada Tuhan yang sama. Mereka juga tentunya memiliki harapan dan hajat yang sama dengan umat Islam. Persoalannya --menurut sang imam subuh-- Allah SWT tidak menurunkan sebuah penutup doa bagi mereka.
Penutup doa adalah sebuah keutamaan di dalam doa itu sendiri. Umat Islam diajar melafazkan kata aamiien sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sedangkan kaum Yahudi tidak diajarkan menutup doa dengan sebuah kata tertentu, baik dalam lisan maupun tulisan dari para Nabi-Nabi mereka.
Paragraf ini bukan dalam rangka menjatuhkan agama tertentu, ya -- menurut sang imam subuh tadi, umat Nasrani yang menggunakan penutup doa pun menyalinnya dari apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.
Saking kencangnya suara "aamiien" sahabat Nabi, kaum Yahudi yang mendengarnya berharap memiliki penutup doa yang sama atau setara dengan yang dilafazkan para sahabat. Hal ini berdampak pada kaum Yahudi saat itu secara psikologis. Membuat mereka masygul.
"Kaum Yahudi yang mendengar kencangnya penutup doa para sahabat Nabi, bahkan akan membuat sebuah hari raya khusus, sekiranya Tuhan menurunkan kepada mereka sebuah penutup doa. Namanya Hari Raya Penutup Doa", sang imam subuh tadi berujar.
Note : Tulisan ini hanyalah opini penulis. Ditulis berdasarkan pengalaman langsung tanpa validasi lebih lanjut. Jika ada saran/tambahan/sanggahan sangat diperkenankan.