Nonton “Tenet” Tanpa Overthinking, Ini Caranya!
Nonton film “Tenet” sambil bawa makanan banyak-banyak ke dalam studio biar asyik? Percayalah kawan, itu tidak akan berhasil.
“Tenet” adalah film ber-genre science-fiction tingkat tinggi. Penonton yang dua bangku jaraknya dari saya aja gak bisa habiskan makanannya karena (mungkin) bingung dengan alur ceritanya.
Poster "Tenet" Sumber: Dove.org |
Saya sendiri awalnya tidak punya ekspektasi apa-apa saat
hendak memilih nonton “Tenet”. Para pengulas sebelumnya menilai film ini
sedemikian canggih, sains teknologi tingkat tinggi. Sedangkan saya tipe penonton,
yah meski dibilang tidak bodoh-bodoh amat, jujur tidak suka dengan matematika
dan fisika. Ini tidak perlu validasi. Tapi saya bangga, karena berani menonton
karya yang dibintangi John David Washington dan Robert Pattinson ini.
Oleh karenanya, saya memesan kursi di barisan “C” agak ke
tengah di dalam studio 4 sebuah bioskop. Sembari menenangkan diri akan kemungkinan
munculnya aksi tak terduga – karena film ini terulas dengan canggih – saya mulai
menyiapkan catatan kecil agar tidak kehilangan adegan yang menjadi benang merah
cerita.
Sinopsis : Tempo Cepat
Adegan dimulai dengan suasana di sebuah bangunan Opera
Nasional Ukraina. Tidak ada dialog, tidak ada basa-basi. Semua orang sibuk dengan
aktivitasnya masing-masing. Ada yang sibuk mencari kursi, ada sekelompok pemain
orkestra yang melakukan pemanasan, ada beberapa penonton VVIP yang bersiap
menyaksikan di balik ruangan berkaca. Dengungan alat musik menjadi pengantar
singkat film.
Seiring terangkatnya tongkat dirigen orkestra, sekelompok
teroris menyergap dari balik panggung. Sekejap, suasana histeris. Detik
berikutnya, kepolisian setempat yang entah darimana datangnya telah siap dengan
penyergapan tersebut, dan memanggil orang yang disebutnya “Sang Amerika” untuk
memimpin aksi kontra-teroris.
Detik selanjutnya, gas penenang keluar dari sudut-sudut
ventilasi gedung. Para penonton dan
pemain orkestra tertidur dan perseteruan tak terelakkan terjadi antara polisi
dan kelompok teroris. Baku tembak terjadi untuk menguasai salah seorang VVIP di
dalam ruangan berkaca. Selain itu, menyelamatkan penonton yang tertidur dari
bom waktu menjadi misi tambahan.
Sang Amerika yang memimpin operasi kontra-teroris sempat mengalami
kejadian ganjil. Saat hampir terbunuh akibat fokus membuang bom-bom yang
terpasang di kaki kursi penonton, seseorang melindunginya dengan cara yang
aneh.
Sebuah peluru ditarik dari tubuh teroris masuk kembali ke
selongsong pistol. Seperti proses rewind.
Kejadian itu menyelamatkan dirinya di dalam gedung opera, selanjutnya menjadi
pengembangan cerita -- yang dikatakan para pengulas film sebagai sains tingkat
tinggi.
Resume Nonton “Tenet”
Saya jarang memiliki semangat menonton sebuah film dari
detik pertama hingga akhir. Tiap adegan Tenet memilliki tempo yang cepat.
Seluruh detik adegannya adalah “daging”. Tidak ada celah untuk mengalihkan
perhatian dari layar bioskop, atau penonton akan tersesat dengan jalan
ceritanya.
Christopher Nolan memang sutradara cerdas. Mungkin karena
itu banyak karyanya mengangkat sains, seperti yang satu ini. Filmnya fiksi
namun memperkenalkan teknologi inversi dengan baik. Setidaknya, penonton
seperti saya tahu secara definisi bahwa teknologi inversi adalah teknologi yang
dapat membalikkan objek entropi.
Cerdas banget,
bukan?
Saya cari kata kunci “teknologi inversi” di mesin
pencaharian berbahasa Indonesia, tapi tidak menemukan jawaban yang memuaskan.
Saya ketik “objek entropi”, ya Tuhan definisinya bikin pusing kepala.
Dipikir secara sekilas, benang merah film ini terletak pada
mengubah hasil masa depan dengan masuk ke masa lalu dan mengintervesi kejadiannya. Di film ini, seakan-akan hal itu bisa terjadi.
Menonton Tenet dengan tenang dan tidak terlalu serius
menjauhkan saya dari overthinking.
Definisi teknologi inversi dan adegan peraganya yang begitu rumit malah membuat
saya terhibur. Apalagi akting para pemerannya. To be honest, akting John David Washington, Robert Pattinson, dan Elizabeth
Debicki adalah yang terbaik. Begitu juga Kenneth Branaugh sebagai antagonis, the best.
Sepertinya gak perlu
IQ tinggi nonton “Tenet”. Saya yakin Christopher Nolan hanya berniat menghibur
penonton dengan caranya yang khas. Dan, ia berhasil. Sedangkan saya berhasil
menonton karyanya dengan tidak terlalu serius mencernanya.
Tulisan ini pengembangan dari artikel yang terpublikasi di Kompasiana sebelumnya.
Trailer
Posting Komentar untuk "Nonton “Tenet” Tanpa Overthinking, Ini Caranya!"