THE JOURNEY OF WORDS
“Kun!” Adalah
sebuah kata dalam makna kekuasaan dan kebesaran Tuhan, di mana
tatkala Ia berkehendak atas sesuatu, cukup merapalkan satu kata
tersebut maka terjadilah sesuatu itu (Kun, Fa Yakun!).
Melalui perihal di atas, dapat diambil hikmah bahwasanya kata sangatlah berharga, bahkan bagi Tuhan Sang Maha Pencipta itu
sendiri.
Saya yakin, bahwa
apa yang saya tulis tidak sepenuhnya dipercayai para pembaca budiman.
Karena, saya menghadirkan pemahaman atas salah satu ayat kitab suci.
Maka dari itu, saya meminta izin kembali menjabarkannya lebih lanjut.
Bahwasanya,
kata-kata menunjukkan status penggunanya. Itu benar adanya.
Dalam sejarah
penciptaan manusia pertama, gabungan huruf menjadi petunjuk betapa manusia sebaik-sebaiknya mahluk.
Namanya Adam, ia
sangat kontroversial di jagat langit kala itu. Malaikat bahkan
memprediksi Adam dan keturunannya sebagai mahluk barbar; yang senang bertikai dan saling membunuh satu sama lain.
Setuju banget
sih, dengan asumsi malaikat-malaikat itu. Saya aja menyaksikan di
hari ini, bagaimana rekan sesama blogger saling menghina dan
mencemooh di media sosial hanya karena hal sepele. Mengerikan!
Padahal dahulu
mereka dekat dalam satu wadah Grup WhatsApp. Namun karena ego dan
nafsu untuk menghabisi nama baik rekannya, mereka rela menggadaikan
akal sehat.
Saya pernah
mempelajari kehadiran Yellow Journalism di bangku perkuliahan. Yellow
Journalism adalah sebuah terminologi tua dalam sejarah reportase
dunia, di mana para redaktur surat kabar terkemuka Amerika
menciptakan berita-berita bombastis demi meningkatkan oplah
pembelian. Sayangnya, sebagian besar berita yang disampaikan adalah
kebohongan yang fatal. Salah satunya berujung pada perang
Spanyol-Amerika yang penuh kesia-siaan pada tahun 1898.
Kembali kepada
sejarah penciptaan nenek moyang manusia, Tuhan memberikan sanggahan kepada sidang
majelis langit, kala itu.Tuhan ajarkan Adam dalam dimensi
Cipta-Rasa-Karsa. Intuisi ciptaan-Nya itu terasah dalam waktu singkat tatkala
Tuhan mengajarkan penamaan benda-benda. Lalu, manusia pertama itu
mempresentasikannya di hadapan peserta sidang, dan yakinlah para
malaikat itu bahwa manusia adalah mahluk berbudaya; yang mampu
memperbaiki kesalahannya sekaligus membangun sebuah peradaban yang
lebih baik dalam kerangka beribadah kepada Tuhan-nya.
Hanya karena
sebuah kata, manusia berpredikat mahluk terbaik di muka bumi?
Yup! Itulah kunci di mana manusia mengorganisir diri mereka; memilah apa yang
baik dan buruk di antara mereka; dan saling menginspirasi, serta
saling memaafkan.
Melalui pemahaman
tersebut, saya kemudian meninggalkan pekerjaan bergaji besar,
dan fokus meningkatkan kemampuan menulis sebagai blogger atau citizen
journalism.
Keputusan revolusioner, saya menyebutnya.
Rasa Dalam Kata
Bertahun-tahun
saya mengisi konten di blog sendiri, dalam berbagai tema. Awalnya saya
bingung, sebenarnya kanal ini fokus ke tema apa? Lalu secara
perlahan saya menemukan jawabannya, dan mulai mengatur konten apa,
pada blog mana, saya musti mempublikasikannya.
Pada titik
berikutnya, saya menyadari bahwa rangkuman kata dalam artikel saya
terlalu bertele-tele. Lalu saya memutuskan terjun sebagai wartawan magang di sebuah perusahaan media, di
bilangan Wahid Hasyim, Jakarta. Namun lagi-lagi, perasaan kurang menghinggapi pikiran saya.
Apakah jam terbang sebagai blogger berpengaruh terhadap
kualitas konten blog saya selama ini? Untuk menjawab rasa penasaran itu pun, saya ambil berbagai job sebagai penulis konten bebas dengan deadline yang ketat. Tetapi, bukan kualitas konten yang saya
dapatkan, justru kelelahan.
Hingga suatu
saat, kesempatan itu hadir. Ani Bertha, founder komunitas Indonesian Social
Blogpreneur, memasukkan nama saya ke daftar nara-blog yang ikut
workshop penulisan bersama Dini Fitria (7/3).
Dokumentasi oleh Indonesian Social Blogpreneur |
Rabu petang itu,
warna kerudung yang dipakai narasumber senada warna bangunan bergaya
minimalis, tempat kami berkumpul. Kantor marketing Blibli(dot)com di
bilangan Petamburan memiliki 3 lantai. Masing-masing lantai memiliki
fungsi khusus nan santai. Begitu pun Dini Fitria memberikan uraian
kepada kami: fungsionalis juga santai. Saya bertanya-tanya dalam
hati, darimana kiranya kepercayaan dirinya bisa sebesar itu? Mungkin,
background-nya sebagai seorang reporter media nasional berperan besar
atas paparannya kemarin. Mungkin.
Tatkala penulis
buku Muhasabah Cinta itu memberikan penjelasan bahwa kata memiliki
rasa, saya langsung tertegun.
A-Ha! Itu yang
saya cari-cari.
Rangkaian
kalimat dalam artikel blog saya kurang memiliki rasa. Dan, itu benar
adanya. Pengalaman boleh banyak, teknik menulis bisa segudang, namun
jika kekurangan rasa, kalimat menjadi tak bermakna meski ada
kebenaran di dalamnya. Sama halnya dengan masakan. Kata pun memiliki
proses pembuatan yang hampir sama. Bumbu di dalam kata tersebar
banyak. Maka seharusnya, tiap bumbu ditempatkan pada maksud kalimat
yang tepat.
Semisal,
maksud kalimat kita ingin marah. Maka, bumbu yang tepat adalah
menambahkan rasa
depresi, penempatan huruf
yang tegas dan meledak-ledak, atau bisa juga memperbanyak tanda seru
jika diperlukan. Tapi ini hanya sekedar contoh saja dari saya.
Dini Fitria menegaskan bahwa untuk memperkaya rasa di dalam kalimat
diperlukan pemerkaya diksi di dalam otak. Salah satu cara paling efektif, ya dengan memperbanyak baca tulisan orang lain. I dont mind, at all.
Pada
sesi berikutnya, produser program Jazirah Islam tersebut kembali
membuat saya tertegun. Diksi dalam kalimat boleh dikembangkan, akan
tetapi, jangan pula lupakan konsistensi dalam bercerita. Terkadang,
saking berbunga-bunganya kalimat, para penulis lupa tema awal tulisan
yang mereka buat, sehingga pembacanya tidak mampu mencerna tulisannya
yang tampak keren itu.
Premise
adalah pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan.
Saya mengenal premise dalam bangku kampus, mata kuliah Dasar Logika.
Namun, untuk kasus pembuatan artikel, premise tidak perlu dibuat berbelit-belit dan teoritis. Cukup masukan tiga unsur
saja : 1) Ada karakter, 2) Ada intensi, 3) dan halang-rintang yang
menghampiri sang karakter dalam menggapai impiannya.
My Big Wish
Intensi atau
impian seseorang berbeda-beda, bukan? Untuk itulah, mereka acapkali
melakukan hal simbolik dengan merangkai kata-kata dalam doa, atau
menuliskannya dalam secarik kertas, lalu diberi judul “My Big
Wish”. Mereka berharap kata yang dipilihnya membumbung ke langit
dan dibaca langsung oleh Sang Maha Kuasa, karena gema dalam kata tak
akan pernah sirna. Seperti itu juga wujud sebuah premis.
Lalu, apa harapan
terbesar saya sebagai blogger pemula?
Impian saya
adalah kata-kata yang saya ciptakan selama ini dan ke depannya dapat menjadi awan Kintoun milik
Son Goku dan membawa saya ke tapal batas tiap negeri; berkelana
mengelilingi dunia. Terbang bersama angin dan mendatangi sebuah
peradaban untuk mengenali mereka bersama kebudayaan yang dibangunnya.
Tuhan menciptakan
manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, karena itulah manusia
disebut mahluk sosial. Mereka tidak dapat hidup sendirian; mereka
memerlukan satu sama lain dengan berkumpul dan berserikat.
Begitu juga Blibli(dot)com hadir di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan belanja konsumennya secara daring. Hemat waktu dan penuh promo. Untuk bulan Maret ini saja, Blibli membuka program yang disebut “My Big Wish”, di mana pelanggan Blibli(dot)com mendapatkan token 1 wish token dalam setiap pembelian. Wish Token tersebut dapat digunakan untuk memenuhi impian kalian, seperti memiliki Mitsubishi Xpander, hingga liburan sepanjang tahun.
Begitu juga Blibli(dot)com hadir di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan belanja konsumennya secara daring. Hemat waktu dan penuh promo. Untuk bulan Maret ini saja, Blibli membuka program yang disebut “My Big Wish”, di mana pelanggan Blibli(dot)com mendapatkan token 1 wish token dalam setiap pembelian. Wish Token tersebut dapat digunakan untuk memenuhi impian kalian, seperti memiliki Mitsubishi Xpander, hingga liburan sepanjang tahun.
Lebih realistis
bukan? Info lebih lengkapnya, kalian bisa mampir di link ini,
http://blib.li/bigwish-blog. (Pesan sponsor alert! Hha..)
Penutup
Penutup
Di akhir tulisan ini, saya hendak berterima kasih kepada Teh Ani Bertha, selaku penggagas acara, yang telah mengikursertakan saya belajar bersama. Ucapan ini juga saya haturkan kepada Teh Dini Fitria yang tanpa sungkan memberikan sebagian besar pengetahuannya kepada kami, para blogger (meski dirinya bukan blogger aktif, haha).
Blibli(dot)com dan para pegawainya, serta Zoya Cosmetic; saya pun menghaturkan banyak terima kasih. Paket lengkap sponsor mulai dari gedung dan fasilitasnya, goodie bag beserta produknya, dan atas hal-hal yang saya lupa untuk ungkapkan di sini.
"Arigatou gozaimasu" (ojigi).
Blibli(dot)com dan para pegawainya, serta Zoya Cosmetic; saya pun menghaturkan banyak terima kasih. Paket lengkap sponsor mulai dari gedung dan fasilitasnya, goodie bag beserta produknya, dan atas hal-hal yang saya lupa untuk ungkapkan di sini.
"Arigatou gozaimasu" (ojigi).
34 komentar untuk "THE JOURNEY OF WORDS"
Suka baca tulisan Mas .Iksan deh. Keren
Semangat!!!
Toh nama baik kita juga yang dipertaruhkan, ((selain nama perorangan))
Tp krn msh media offline..jd ga cepat nyebar spt sekarang.
Btw..mantap nih blibli bikin acaraacara
Banyak ilmu dan hadiah hehe
Ah, makasih ya sudah nulis hasil workshopnya, jadi aku yang enggak ikut bisa kecipratan ilmunya.
...
Mungkin yg pertama menyukai dulu aktivitas menulis, trus menulis sesuatu yg disukai, kemudian membiasakan diri menulis dgn disiplin, gtu terus sampai nantinya menulis dah kyk kebutuhan, bukan lg krn suka, kerjaan dll gtu kali yaaaa #sokteu
Menulis adalah saatnya menumpahkan jenuh yang sudah tak bisa lagi ditampung oleh sang hati.