Revolusi adalah Keseimbangan : ASUS Zenbook DUO, Laptop Dua Layar Terbaik

Mengikuti revolusi dunia Kreatif beberapa tahun terakhir ini seperti mematut diri di depan cermin. Selaku content writer, saya pribadi seperti melihat diri ini bagaikan debu di dalam pasir dalam lembar demi lembar perkembangannya yang pesat. “Apalah artinya saya yang sebagai remah-remah rengginang di meja makan informasi digital yang sedemikian besarnya?”

Bercermin di depan layar laptop milik pribadi, kadang saya melihat semangat gegap gempita dunia kreator yang tiada pernah habis. Kadang saya berdecak kagum terhadap hasil karya teman-teman kreator yang tampak hidup dan bercahaya. Kadang juga, saya duduk memandang karya-karya tersebut dalam sebuah kontemplasi. Merenungi perkembangan yang begitu dahsyat dari pemanfaatan teknologi oleh orang-orang yang memiliki ide dan gagasan yang mengagumkan. 



Begitupun, Kadang saya menyaksikan bagaimana teknologi yang turut mendorong gagasan-gagasan besar dan ide-ide brilian itu mengemuka ke permukaan. Perkembangannya sama pesatnya. Fungsi dari teknologi digital tidak lagi hanya menampilkan sekedar gambar, tulisan, dan audio di layar. Interaksinya tidak lagi sebuah perintah users kepada perangkatnya. Lebih dari itu, teknologi mampu menciptakan interaksi yang intens dan intim dengan penggunanya, sehingga apa yang dibayangkan menjadi ciptaan karya yang menghibur, dan mempengaruhi.

Dalam lembar-lembar perjalanan kreator digital yang revolusioner hampir tidak ada konflik yang berarti terjadi. Gelombang yang dibawa justru gelombang yang mengangkatnya bersama-sama ke angkasa. Boleh jadi ada kreator yang terusik dalam gelombang revolusi dunia kreatif ini. Terutama pada perihal orisinalitas karya seni. Gelombang yang terjadi sekarang ini memudahkan orang lain meniru dan menjiplaknya sesuai selera pribadi. Bahkan ada yang melakukannya persis seperti karya asli pemilik lainnya, dan itu adalah ilegal. Tapi, yang menarik, saya memahami hal-hal tersebut dalam skop-skop mikro. Termasuk kekhawatiran sebagian kreator akan kehadiran teknologi Artificial Intelligence (AI).

Adakah yang Lebih Valid dari Sebuah Pengalaman?

Saya ingat betul pengalaman pertama saat menggunakan aplikasi Chat GPT. Produk dari perusahaan non-profit Open AI ini saya gunakan secara aktif ketika masa-masa pembelajaran bahasa Inggris di Kediri, Jawa Timur. Aplikasi ini memudahkan saya merangkai kalimat pidato berbahasa inggris yang saya inginkan. Melalui sebuah instruksi berdasarkan referensi yang terbayang dalam benak saya, kalimat demi kalimat isi pidato terangkai dengan otomatis. Pekerjaan rumah yang diberikan pengajar terselesaikan dalam hitungan detik. Sudah dapat dipastikan bahwa produk AI sangat efisien memangkas waktu belajar. 

Tapi, terlalu bersandar pada Chat GPT memiliki efek tidak menguntungkannya juga. Selama 3 (tiga) tahun mengelola publikasi digital yang masif saya menemukan bahwa beberapa content writer berlaku tidak fair dengan memanfaatkan Chat GPT ini. Bisa dibayangkan, dari kebutuhan 100 artikel, 80 persennya memiliki penggunaan kata yang sama, pola tulisan yang sama, oleh penulis yang berbeda!!! 



Catatan saya menunjukkan bahwa produk AI satu ini akan membantu menstimulasi kemampuan berpikir dan berkreasi untuk kebutuhan pembelajaran. Tetapi untuk kebutuhan publikasi, hasil dari produk ini berpotensi menyenggol kasus hukum, reputasi brand, algoritma mesin pencari/SEO, serta kehilangan orisinalitas karya. Para pembuat konten harus lebih memperhatikan hal ini ketika berhadapan dengan klien yang mempekerjakan kita. Berikan klien respek dengan menciptakan karya yang orisinal.

Bagi yang belum tahu, Chat GPT adalah singkatan dari Generative Pre-training Transformer. Salah satu produk kecerdasan buatan yang prosesnya berdasarkan format percakapan. Bentuknya berupa chatbot dengan kemampuan berinteraksi dan memberi balasan secara natural layaknya manusia dengan pengetahuan yang luas. Produk AI ini digadang-gadang menggantikan tren Google Assistant karena kemampuan bahasanya yang canggih. Mungkin, kelak akan terjadi. Revolusi dunia Kreatif senantiasa memberi kejutan yang tak terduga.

Tren yang Terus Berdatangan

Terselip di banyak lembar catatan saya, para content writer turut meningkatkan kapasitas diri dengan menjajal banyak kemampuan di dunia digital. Ada yang menjadi videografer, ada yang menjadi SEO engineer, Afiliator, Desainer, Ilustrator, Podcaster, dan banyak hal lainnya. Ceruk-ceruk pasarnya kini dengan mudah dipijak dengan banyak kaki-kaki mereka yang tampak menggurita. 

Pada bagian ini sesungguhnya menunjukkan betapa dinamisnya dunia kreatif digital ini. Tidak ada jaminan ketika seseorang berlarut-larut dalam satu kemampuan digital menjadikannya seorang trend-setter. Harus banyak hal dikuasai agar dapat mengikuti tren terbarunya, minimal beberapa. Ibarat laptop, monitornya harus tersedia lebih dari satu. Kemampuan di dalam kemampuan. Para pelakunya dituntut untuk terus Belajar dan menyesuaikan dirinya tanpa henti, dari menit ke menit, hari ke hari, hingga tahun ke tahun.

Namun, tren tetaplah tren. Waktu terus berjalan dan generasi baru mulai berdatangan. Pada tahun 2024 ini, kemampuan menghasilkan karya unik menggunakan artificial intelligence masih menarik perhatian dalam satu tahun belakangan. Bukan saja yang sudah bertahun-tahun mendalaminya, yang awam dalam dunia kreatif digital mulai menjajal perangkatnya.

Tidak jauh berbeda dengan Chat GPT, banyak dari produk AI (khususnya desain kreatif) menjadi kawan interaktif penggunanya untuk menghasilkan elemen desain, tata letak, hingga ke volume yang unik. Menggunakan sejumlah prompt (perintah), pengguna mampu menentukan opsi desain yang diharapkan dengan cepat, dan tepat guna.

Desain 3D Surealistik

Seringkali produk AI diasosiasikan dengan manipulasi gambar yang begitu menakutkan. Seseorang yang telah meninggalkan dunia ini seakan kembali hidup dari fotonya yang lama. Produk AI seakan tongkat sihir hitam yang dalam realitanya diperlukan regulasi ketat agar tidak merusak orisinalitas dan privasi atau sekelompok orang tertentu. 

Tapi mari kita kembali ke topik utama tulisan ini...



Dibalik kontroversi yang ada menunjukkan bahwasanya desain 3 (tiga) dimensi turut memuncaki tren di tahun 2024 ini. Akibat kemunculan teknologi dengan kecerdasan buatan, perkembangan desain 3D mengalami pergeseran yang tadinya minimalis menjadi surealis. Kepopuleran seni surealistik karena kemajuan dari teknologi itu sendiri. Sangat eye-catching, dan menstimulasi mata serta imajinasi. Tampilannya yang bergenre cyberpunk menjadikannya cocok diaplikasikan untuk bahan periklanan serta desain website.

Desain 3D surealis yang dirancang melalui teknologi AI akan menciptakan pengalaman mengesankan bagi penikmatnya. Istilahnya yang cukup terkenal adalah terciptanya user experiences (UX). Sedangkan yang bertanggung jawab menciptakannya disebut dengan Desainer UX. Setidaknya ada 2 (dua) hal yang mendukung peran Desainer UX ini di dalam menciptakan pengalaman yang berkesan bagi publik. Diantaranya adalah :

  1. Desainer UX harus bekerja dalam sebuah tim. Tiap anggotanya dipisah dalam tanggung jawab yang berbeda-beda. Seperti halnya, bagian riset dan pengujian, yang melakukan penelitian langsung dan menemukan behaviour penggunanya. Ada juga kemudian, bagian desain, yang menciptakan produk berpusat pada fungsi dan kegunaannya sebagai persyaratan desain. Jika dibutuhkan, bagian implemetasi cukup strategis untuk meyakinkan stakeholder atas desain yang tercipta.
  2. Teknik umum desain grafis yang begitu banyak memerlukan perangkat dengan performa terbaik. Mulai dari modeling, texturing, lightning, rendering, animation, rigging, simulasi, hingga compositing harus terakomodir, disamping perangkat lunak 3D yang digunakan. 

Revolusi adalah Keseimbangan


Revolusi di dunia Kreatif tidak terjadi di ruang hampa. Selalu ada perubahan lain yang mengikuti. Kita selalu disajikan peningkatan kualitas perangkat digital, seperti hardware dan software tiap tahunnya. Hal demikian tidak terlepas dari behaviour pengguna yang mengalami perubahan, sehingga tercipta produk yang dapat memenuhi perkembangan tren dalam 5, 10 atau 20 tahun ke depan.


Salah satu yang cukup revolusioner adalah ASUS Zenbook DUO. Berangkat dari Project Precog di tahun 2018, tim Desain ASUS mengamati perilaku para pekerja desain grafis (khususnya) bekerja dengan laptop mereka. Kebutuhan ruang kerja yang luas menjadikan para desainer membutuhkan monitor tambahan.


Zenbook DUO hadir dengan desain dan fitur revolusioner yang dirancang untuk memaksimalkan produktivitas melalui teknologi dua layar serta AI. Layar ganda dengan ukuran 14-inci, serta keyboard yang dapat dilepas, dan penyangga khusus menjadikannya inovasi yang berbasis fungsi dan kebutuhan pekerja kreatif. Mudah untuk digunakan, ringkas dan berfokus pada pengguna, serta mudah untuk dibawa saat bepergian.





Pada 7 Maret 2024 kemarin, ASUS kemudian memperkenalkan ASUS Zenbook DUO (UX8406) di Jakarta. Dibekali dua layar OLED, ditenagai AI, dan dilengkapi fitur ekskluisif akan menciptakan pengalaman baru penggunanya di dalam berinteraksi bersama perangkat miliknya untuk memaksimalkan produktivitas sehari-hari.


Perangkat yang berevolusi mengikuti kebutuhan pelanggan adalah bentuk keseimbangan realitas. Seorang videografer mengandalkan rendering video nVidia pada laptop mereka. Bagi seorang pekerja arsitektur membutuhkan CPU yang lebih bertenaga. Setidaknya drive OS utama adalah 1 Terrabyte m.2, atau SSD dan drive SSD tambahan minimal 4 hingga 10 TB, dengan Ram minimal 32 GB.


Fotorealistik 


Apa sih, yang dibutuhkan desainer grafis 3D atas perangkatnya? Jawabannya “rendering fotorealistik”, sebuah kemampuan rendering canggih untuk mengubah model 3D menjadi pemandangan hidup dengan pencahayaan, bayangan, tekstur, dan material yang akurat. Oleh karenanya, dibutuhkan laptop spesifikasi kelas atas sebagai penunjang.


Keharusan yang dimiliki laptop dua layar terbaik semacam ini adalah prosesor yang kuat. Ram 16 GB merupakan nilai minimum dari Perangkat tersebut. Jika ingin stabil dengan adegan yang lebih besar dari 500 MB dan tekstur lebih dari Resolusi 2k, maka Ram harus lebih besar dari itu.


Laptop dengan visual terbaik dapat ditemukan pada monitor dengan resolusi yang tinggi. Dengan demikian, penggunanya dapat melihat detail pada konten yang sedang dikerjakan. Hal ini dapat menghemat waktu para desainer apabila monitor terbagi minimal dalam dua perangkat terpisah dengan fungsi yang terpisah : layar kerja utama, dengan layar pratinjau.





ASUS yang memerhatikan hal ini menciptakan Zenbook DUO yang dibekali dua layar 14-inci 3K 120Hz ASUS Lumina OLED. Visual terbaik hadir untuk mendongkrak produktivitas pekerja kreatif secara maksimal. Bahkan, Produktivitas pengguna Zenbook DUO (UX8406) ditingkatkan melalui bantuan AI. Laptop berteknologi AI ini dibekali dengan NPU (Neural Processing Unit) yang terintegrasi dengan prosesor Intel® Core Ultra 7, yang menjadikannya tampil lebih gesit, lebih hemat daya, dan lebih pintar dalam memproses aplikasi berbasis AI.


Kenal Lebih Dekat Kebutuhan akan Layar Ganda


ASUS yang meluncurkan Zenbook DUO sebagai sebuah produk inovatif di saat bekerja. Tentu rasio yang digunakan adalah apakah laptop layar ganda dapat menciptakan kemudahan atau sebaliknya?


Beberapa pernyataan dan pertanyaan dari pekerja digital Kreatif ini saya suguhkan dari sebuah forum Graphic Design, dan saya jadikan simulasi pikiran dalam sebuah adegan diskusi yang solutif :


“Saya pernah bekerja dengan pengaturan monitor tunggal dan ganda dalam situasi yang berbeda di masa lalu, tapi sudah lama sejak saya terakhir kali menggunakan dua monitor. Saat ini, saya menggunakan satu layar yang tampaknya cukup untuk menangani program adobe dan pengembangan web (saya terbiasa hanya melakukan alt-tab pada program tersebut), tetapi saya bertanya-tanya apakah saya harus menggunakan salah satu yang lebih kecil cadangan monitor di kantor dan menambahkannya ke ruang kerja saya.”

Secara desain, laptop dua layar terbaik ini sudah sangat berbeda dari laptop pada yang ada di pasaran. Laptop terbaik ini dilengkapi dengan keyboard Bluetooth ASUS ErgoSense dengan touchpad terintegrasi, engsel layar yang dapat dibuka hingga 180°, serta penyangga terintegrasi yang memungkinkan lima mode penggunaan yang fleksibel. Fitur ScreenXpert yang telah disempurnakan juga hadir untuk memberikan pengalaman yang lebih intuitif ketika pengguna Zenbook DUO (UX8406) menggunakan laptop ini di semua mode penggunaannya. Berikut adalah lima mode penggunaan Zenbook DUO (UX8406):


  • Dual-Screen Mode: Inilah mode penggunaan yang paling membedakan Zenbook DUO (UX8406) dengan laptop lainnya. Mode ini memanfaatkan keberadaan layar kedua di Zenbook DUO (UX8406) secara penuh, yaitu dengan memposisikan laptop secara lebih tinggi menggunakan penyangga terintegrasi sehingga kedua layarnya dapat dilihat secara lebih nyaman. Penggunanya kemudian mengontrol Zenbook DUO (UX8406) menggunakan keyboard fisiknya secara nirkabel melalui koneksi Bluetooth.
  • Desktop Mode: Didesain untuk pengguna yang suka dengan layar vertikal, Desktop Mode di Zenbook DUO (UX8406) menawarkan dua layar vertikal yang diposisikan secara berdampingan. Mode ini sangat cocok untuk seknario penggunaan seperti menulis artikel, browsing, dan coding.
  • Laptop Mode: Laptop mode membuat Zenbook DUO (UX8406) tampil layaknya laptop clamshell pada umumnya dengan satu layar aktif dan keyboard yang ditempatkan di atas layar keduanya. Mode penggunaan ini sangat cocok ketika Zenbook DUO (UX8406) digunakan di ruang terbatas seperti di dalam pesawat.
  • Laptop Mode with Virtual Keyboard: ASUS menghadirkan solusi bagi pengguna Zenbook DUO (UX8406) yang tidak ingin menggunakan keyboard fisiknya. Melalui ScreenXpert, pengguna Zenbook DUO (UX8406) dapat menghadirkan keyboard virtual dalam layout penggunaan yang berbeda-beda lengkap dengan touchpad virtual.
  • Sharing Mode: Mode paling unik di Zenbook DUO (UX8406) ini memungkinkan pengguna untuk berbagi layar dengan orang lain secara lebih mudah. Cukup buka layar laptop ini hingga 180° dan aktifkan mode ini. Kedua layarnya kini saling bertolak belakang sehingga memudahkan dua orang untuk berinteraksi secara langsung ketika menggunakan Zenbook DUO (UX8406).



“Saya tidak dapat melakukannya tanpa monitor kedua. Saya melakukan banyak pekerjaan produksi, dan saya terus-menerus berpindah-pindah antara rangkaian Adobe dan Microsquish, dengan email di pojok. Satu layar sangat memperlambat saya.”

Hadir dengan sistem operasi Windows 11, ASUS Zenbook DUO (UX8406) juga merupakan laptop dua layar terbaik berfitur Copilot untuk dukungan AI. Copilot di Windows 11 melengkapi keahlian dan kreativitas Anda dengan bantuan kecerdasan serta jawaban relevan. 


Selain itu, sudah dilengkapi Office Pre-Installed, agar Anda bisa nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap – PC sudah termasuk Office Home & Student 2021. Aplikasi Office versi lengkap (Word, Excel dan PowerPoint) memberikan semua fungsi yang dibutuhkan dan diharapkan oleh penggunanya.





Spesifikasi Produk 


Main Spec.

Zenbook DUO (UX8406MA)

CPU

Intel® Core™ Ultra 7 Processor 155H 1.4 GHz (24MB Cache, up to 4.8 GHz, 16 cores, 22 Threads) with Intel® AI Boost NPU

Operating System

Windows 11 Home

Memory

16GB LPDDR5X

Storage

1TB M.2 NVMe™ PCIe® 4.0 Performance SSD

Display

Dual 14-inch ASUS Lumina OLED, 3K (2880 x 1800) 16:10, 120Hz, 0.2ms, 100% DCI-P3, PANTONE Validated, 600nits, VESA CERTIFIED Display HDR True Black 500, Low Blue Light, Anti-Flicker, Touchscreen with Stylus Support

Graphics

Intel® Arc™ Graphics

Input/Output

1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 2x Thunderbolt™ 4 supports display / power delivery, 1x HDMI 2.1 TMDS, 1x 3.5mm Combo Audio Jack

Connectivity

Wi-Fi 6E(802.11ax) (Dual band) 2*2 + Bluetooth® 5.3

Camera

FHD camera with IR and Ambient Light Sensor function, support Windows Hello, support Windows Studio Effect

Audio

Smart Amp Technology, Built-in speaker, Built-in array microphone, harman/kardon certified

Battery

75WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion

Dimension 

31.35 x 21.79 x 1.46 ~ 1.99 cm

Weight

1.39 Kg (laptop)

0.3 Kg (keyboard)

Price

Rp33.999.000

Warranty

2 Tahun Garansi Global dan 1 Tahun ASUS VIP Perfect Warranty

Posting Komentar untuk "Revolusi adalah Keseimbangan : ASUS Zenbook DUO, Laptop Dua Layar Terbaik"