Navigation Menu

Kegelisahan Generasi 90an, Sebuah Resensi Film

Kegelisahan adalah makanan bagi rasa sepi. Keadaan di mana tidak ada lagi yang dapat dijadikan tempat untuk berbagi dan terisolasi akibat ketidakhadiran seseorang untuk saling memahami. 
Kegelisahan adalah makanan sehari-hari rasa sepi yang dipertontonkan oleh karakter di dalam film "Generasi 90an: Melankolia. Sumber : Facebook

Secara harfiah, kesepian adalah suatu reaksi emosional dan kognitif berbentuk kegelisahan subjektif, yang dirasakan pada saat suatu hubungan sosial kehilangan ciri-ciri pentingnya baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Rahman : 2013).

Ciri-ciri kegelisahan akibat rasa sepi ditunjukkan dengan keinginan melakukan hal-hal nekat, cepat merasa jenuh, menjauh dari lingkungan sosial sehingga tampak tak bersahabat, mudah dilukai secara emosional, hingga ke tingkat mengutuk diri sendiri.

Berbagai indikator rasa sepi itu kemudian disajikan dalam  sebuah karya sinema layar lebar berjudul Generasi 90an : Melankolia. Film yang disutradarai dan ditulis langsung oleh M. Irfan Ramli itu mengilustrasikan karyanya dalam tone gelap penuh kehampaan.

Sinopsis: Awal Kegelisahan

Indah (Aghniny Haque) yang lahir sebagai gadis over-active menjadi penyatu keluarga. Ia menjadi kebanggaan ayah dan ibu. Ia juga role-model bagi adiknya, serta menjadi sahabat terpercaya bagi Sephia, temannya. Indah bahkan rela mengatur kembali jadwal wawancara kerjanya demi menghadiri kelulusan sang adik, Abby, yang diperankan oleh Ari Irham.

Singkat cerita, Indah diterima bekerja di lembaga kemanusiaan. Ia berangkat menggunakan pesawat yang beberapa jam setelahnya hilang dari pantauan radar. 

Kecelakaan pesawat itu berdampak kepada kondisi mental orang-orang terkasih. Bangunan kekerabatan yang dibangun Indah mengalami goncangan hebat, terutama bagi Abby yang selama ini dekat dengan kakaknya tersebut.

Masing-masing orang yang menjadi bagian dalam kehidupan Indah hidup dalam dunianya sendiri. Berupaya menghapus kesedihan dan menutupi kegelisahan dengan pura-pura bersikap tegar. Dipengaruhi depresi, tindakan tiap karakter berdampak pada tindakan karakter lainnya. Maka, kekusutan cerita pun dimulai. 

Tembang Memori Jelang Milenium

Sebagaimana judulnya, “Generasi 90an: Melankolia” menyajikan segala hal yang populer di era menjelang tahun milenium. Mulai dari perkakas, perangkat elektronik, hingga dunia hiburan, dan karya lagu anak bangsa hadir di sini. 

Tembang “Begitu Indah” yang dipopulerkan oleh Band Padi, “Sephia” dari Sheila on 7, dan “Cinta Kan Membawamu Kembali” dari Dewa 19, mampu menggerakkan mood penonton. 

Ketiga lagu kenangan zaman 90-an itu menjadi tema dari masing-masing plot, dan mewakili tiap kejadian di dalamnya. Terutama lagu "Sephia" hasil aransemen ulang yang tampak klop dengan adegan yang diiringinya.

Film lokal pertama yang ditayangkan semenjak tutupnya bioskop akibat pandemi itu minim air mata. Kesedihan diekspresikan melalui gerak tubuh dan mimik wajah. Sang sutradara mengekspos habis-habisan tiap karakternya dengan extreme close-up seakan kesedihan itu terjadi dekat di depan mata penonton.

Resume

Lagu kenangan 90-an dan ekspresi kegelisahan dari para aktornya memberi bekas tersendiri di sepanjang satu jam tiga puluh satu menit pemutaran. 

Tapi setidaknya saya dapat menilai bahwa film adaptasi buku karangan Marchella FP ini bukanlah film keluarga. Karena film ini tidak mengeksplorasi mental sang ayah yang kehilangan pengaruh sebagai kepala keluarga, atau sang ibu yang larut dalam kegelisahan. 

Tayang bertepatan pada Hari Ibu, film ini justru mempertontonkan Abby yang tengah mengalami pubertas di tengah upayanya memenuhi kekosongan jiwa akibat kematian sang kakak. 

Penonton seperti saya selalu menanti-nanti alasan kenapa sesuatu terjadi di dalam setiap adegan film drama. Dan masalah pubertas di dalam film ini cukup saya mengerti untuk menerka-nerka kemungkinan yang terjadi di adegan berikutnya. 

Semoga industri film Indonesia makin kuat meski masa pandemi tampaknya belum terlihat akan berakhir. 

Trailer



2 komentar:

@blogger_eksis mengatakan...

Suka banget sama reviewnya, Bang Dhul.

Diksi dan point of view'a beda dibanding reviewer film lain.

Gw cuma mau menggarisbawahi yang dari sudut pandang ibunya aja sih karena kalo menurut gw, justru Marchella Zalianty yang aktingnya paling total dalam film Generasi 90an. Meski dia gak terlihat banjir air mata, tapi kegelisahannya tercermin dari raut muka.

ikhsan keren mengatakan...

Terima kasih banyak om. hehe. Bolehlah kita kolabs bikin tulisan bareng..hehe