Wisata ke Siak, "My Favourite So Far"
![]() |
Matahari Terbit di Siak Sri Indrapura. Dokpri |
Sebelum menyeberang melalui Jembatan Tengku Agung Sultanah
Latifah, kita akan disambut jejeran pohon trembesi. Dahan-dahannya berfungsi
sebagai kanopi, menaungi pengendara dari sinaran matahari. Pohon ini juga
dikenal baik didalam menyerap karbon dioksida sehingga menghasilkan kualitas udara
yang sehat.
Albiza Saman, atau
nama lain dari Trembesi mengingatkan bangsa ini akan Presiden Soekarno. Jenis
pohon tersebut ditanam sendiri oleh beliau di Istana Negara. Hingga kini, pohon
tersebut masih terawat dengan baik di sana.
Sebetulnya, Siak dengan sang proklamator kemerdekaan itu
memiliki ikatan sejarah yang kuat. Begitu Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya di tahun 1945, Kesultanan Siak menyatakan diri sebagai bagian
dari negara Republik Indonesia, dan menyerahkan kekayaan mereka sebesar 10juta
Gulden (sekitar 81milyar rupiah) melalui Soekarno.
Selain menikmati kanopi jalanan aspal, wisata ke Siak bisa
juga lewat jalur sungai. Menaiki speed boat dari Pelabuhan Sungai Duku,
Pekanbaru, para wisatawan dapat menikmati perjalanan bak kisah-kisah kolosal
selama 2 (dua) jam. Karena sejatinya, Sungai Siak merupakan urat nadi
perekonomian dan transportasi Kesultanan Siak Sri Indrapura pada zaman dulu.Aliran Sungai Siak yang menghipnotis. dokpri
Daya tarik wisata ke Siak tak terlepas dari sejarahnya yang
panjang. Oleh karena itu, ciri khas daripadanya tetap dipertahankan, seperti
halnya bangunan-bangunan bersejarah Siak Sri Indrapura.
Mengambil kutipan dari jurnal elektronik Universitas EsaUnggul, bahwa suatu wilayah memiliki catatan historis yang membentuk citra,
bahkan jati diri yang khas (Khairul Mahadi & Tuwanku M. Ridha, 2012 : 61). Siak
adalah contoh dimana aset wisatanya dapat dikembangkan lebih jauh dengan
pendekatan cagar budaya.
Pengalaman Wisata ke
Siak Sri Indrapura
Keinginan kami wisata ke Siak digerakkan oleh rasa penasaran
akan kemegahan Istana Siak Sri Indrapura. Pertama kali mendengar namanya di
telinga, saya kira tak jauhlah ia dari arsitektur adat Riau pada umumnya.
Ternyata saya salah.Istana Siak saat siang hari. Dokpri
Bangunan itu tampak megah dengan perpaduan pesona budaya Melayu,
Arab, dan Eropa. Dibangun oleh kolega dari Jerman sebagaimana permintaan Sultan
ke-11, Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin, pada tahun 1889. Saat
itu memang perekonomian Kesultanan Siak tengah jaya-jayanya.
Rasa penasaran terbayar ketika sesampainya kami di lokasi,
saat tengah malam hari. Istana yang memiliki nama lain “Matahari Timur” itu bercahaya
aram-temaram. Disorot lampu dari berbagai penjuru, ia-nya seakan cahaya mentari
yang melewati bulan, lalu memantul ke bumi.
Perlu beberapa saat lamanya kami mengagumi keindahan istana di
kala gelap malam. Jalan nan sepi dan sunyi menambah rasa penasaran. Kami pun berkeliling
sejenak di kawasan Kampung Dalam.Istana Siak di saat malam. Dokpri
Bergerak ke arah timur, sepanjang jalan berdiri bangunan
oriental bercat merah. Warnanya menyambut kehadiran kami dan menandakan bahwa lingkungan
tersebut hidup berkelompok warga keturunan Tionghoa.
Kendaraan yang kami tumpangi lalu memutar ke bagian belakang
komplek istana. Sepanjang jalan itu beberapa model rumah adat siak masih
terjaga. Kondisi jalanan bersih dari sampah domestik. Tidak pula terdengar
hingar-bingar kehidupan malam. Kawasan Kampung Dalam, Kabupaten Siak, tampak bermartabat.
Jalan Kaki di Pagi
Hari
Bakda subuh, misi wisata ke Siak saya lanjutkan dengan
berjalan kaki. Rutenya dari Jalan Datuk Tanah Datar hingga ke Jalan Kartini.
Ruas jalannya lebar, mampu dilewati dua buah kendaraan beroda empat.
Meski hari itu telah memasuki hari senin, tak nampak
kesibukan seperti halnya kota-kota besar. Yang terlihat hanya empat orang
pekerja kebersihan tengah mengangkut tong-tong sampah ke dalam truk.
![]() |
Maharatu Center jelang terbit matahari. Dokpri |
Sepanjang perjalanan benar-benar bersih dari sampah. Lalu
ketika langit sedikit agak terang, dua pesepeda muncul dari ujung jalan. Mereka
menggowes kendaraannya serasa penguasa jalanan. Tetapi bagi saya, hal itu
menunjukkan jalanan ini bebas dari hambatan dan polusi kendaraan bermotor.
Setelah mendekati area komplek istana, saya berjalan ke arah
selatan. Melewati pemadam kebakaran, perpustakaan, lapangan rumput, serta berakhir
di alun-alun Maharatu Center dan Tepian Bandar Sungai Jantan.
Sungai Siak tampak tenang dan menenangkan. Alirannya memberi
pesan kesabaran akan esok yang lebih baik. Maka tepat kiranya pemerintah daerah
menjadikan sepanjang tepian sungai sebagai
ruang publik, tidak ada sama sekali bangunan memunggungi sungai.
Ratusan tahun sungai ini menjadi saksi hidup sebuah
peradaban dan perseteruan politik antar negara. Di seberang sana terdapat
bangunan sejarah lainnya : Tangsi Belanda, dan terawat dengan baik sebagai
bagian rekam sejarah kesultanan Siak Sri Indrapura.Tangsi Belanda tetap terjaga hingga kini. Dokpri
Rangkaian wisata ke siak ini saya akhiri dengan berinteraksi
bersama penduduk sekitar. Mulai dari penjual makanan, bocah-bocah lokal,
pengurus musholla yang umumnya memiliki ukuran seluas masjid jami’, dan warga
keturunan Tionghoa.
Matahari Terbit (akan)
Makin Bersinar
Siak Sri Indrapura adalah konsep wisata yang memadukan eco-environtment, budaya, dan rekam
jejak peradaban yang dimiliki Indonesia. Sungainya pun dilintasi kapal-kapal
pengangkut yang menandakan hidupnya perekonomian melalui jalur perairan mereka hingga
kini.Klenteng Hock Siu Kiong, salah satu bukti perpaduan budaya yang terjadi di Siak Sri Indrapura. Dokpri
Melalui pendekatan analisis faktor internal yang dikemukakan
jurnal jurusan Teknik Planologi, Universitas Esa Unggul, Siak Sri Indrapura
lebih banyak memiliki kekuatan pariwisata dibandingkan kelemahannya khas
(Khairul Mahadi & Tuwanku M. Ridha, 2012 : 61).
“Ada hal yang tak boleh dilupakan, kekhasan atau jati diri
sebuah kota ditentukan bagaimana kita memberikan posisi yang tepat terhadap bangunan-bangunan
lama dalam kaitan dengan perkembangannya.”
Peninggalan sejarah ini perlu diketahui oleh banyak pihak,
sebagaimana dahulunya Siak Sri Indrapura menguasai hingga ke negeri Malaka.
Seperti saya yang berakhir berburu wisata ke siak karena haus akan sejarah
bangsa.
#IniKotaku #EsaUnggul
Posting Komentar untuk "Wisata ke Siak, "My Favourite So Far""