Bangkit dari Ancaman Pademi dengan Falsafah Matahari Yogyakarta

Ketika cahaya matahari turun dan menghantam atmosfer, gelombangnya memantul di udara dan berpendar dalam berbagai macam warna.  Apa yang mampu ditangkap oleh mata manusia adalah pancaran sinar ultraviolet. Sebagiannya ada yang tertahan di lapisan ozon, dan ada pula yang mencapai ke permukaan bumi. Fenomena ini menciptakan atraksi warna yang disebut dengan keindahan alam.

Matahari pagi di Taman Mangun Yogyakarta. Dokpri

Dipercaya bahwa posisi lintang suatu kawasan mempengaruhi kuantitas dan kualitas sinar ultraviolet, terutama di Indonesia. Sebagai negara tropis yang berada tepat di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki keunikan dari sudut golden dan blue hours. Besaran gelombang cahaya yang masuk menciptakan keunikan panorama di nusantara. Tak jarang bagi fotografer profesional mengincar momen-momen tersebut.

Bicara tentang sinar ultraviolet bukan saja tentang keindahan warna yang dihasilkannya. Matahari sebagai simbol kehidupan merupakan sumber vitamin D yang dibutuhkan manusia, sekaligus peningkat mood yang paling utama.

Matahari dalam Perspektif Yogyakarta

Sekiranya menyempatkan diri ke Yogyakarta, salah satu daerah istimewa di Indonesia, kita akan disajikan bagaimana warga di sana mensyukuri anugerah Tuhan dalam bentuk keberlimpahan cahaya matahari. Di ladang-ladangnya, dipesisirnya, hingga ditepian jalan, serta mahakarya seni dan gerakan sosial-kemanusiaan.

Seperti halnya seorang Affandi yang menjadikan matahari sebagai bagian emblem miliknya. Lambangnya itu tertera di setiap lukisan yang dibuat, sebagai suatu bentuk keabsahan.  Ia merupakan grand maestro seni lukis. Karyanya memiliki reputasi internasional. Di dalam negeri sendiri, Affandi mendapat  penghargaan Bintang Jasa Utama oleh Presiden Indonesia, pada tahun 1978.

Matahari bagi seorang Affandi sebagai bentuk pengungkapan bahwa benda langit itu menjadi sumber kreativitasnya. Jika dijabarkan satu per satu atas emblem itu, matahari adalah hidupnya, tangannya adalah alatnya bekerja, dan kaki sebagai motivasinya untuk terus bergerak maju.

Berbeda dengan organisasi keagamaan-sosial-kemanusiaan yang bernama Muhammadiyah. Organisasi yang berdiri pada tahun 1912 itu menjadikan lambang syarikatnya didominasi oleh pancaran cahaya matahari.

Lambang itu dibuat oleh anak dari pendiri Muhammadiyah, K.H. Siraad Dahlan. Matahari sebagai sumber energi spiritual yang memancar di atas dunia, dengan harapan bahwa gerakan mereka mencerahkan ummat menuju prilaku yang membawa mashlahat.

Hidup Berdampingan dengan Pandemi

Ketika virus corona bermutasi di India, Indonesia menjadi salah satu negara yang tak luput dari serangannya. Jika pada gelombang wabah pertama, Covid-19 masih menggejala dikalangan orang-orang kaya, kini jangkauannya telah mencapai kalangan masyarakat berpendapatan rendah.

Dampak yang dirasakan bukan hal yang sepele. Ini dikarenakan mereka merupakan kelompok yang rentan. Kehidupan perekonomian mereka bergantung pada interaksi yang terjalin dengan kelompok masyarakat lainnya. Ketika interaksi mengalami keterbatasan, hidup dari kelompok ini makin ambruk, dan beban negara akan semakin bertambah.

Persoalan akan menjadi sangat serius saat virus varian delta ini menjangkiti mereka. Kecepatan penularan dan kesulitan biaya perawatan menjadi isu yang harus segera ditangani. Secara data, dampaknya sudah bisa dirasakan. Ttingkat penularan sulit dikendalikan, dan rumah sakit harus bekerja ekstra demi memenuhi kebutuhan pasien positif Covid-19. 

Wisata lingkungan istana kesultanan yogyakarta sempat dibuka dengan pemberlakuan protokol kesehatan di tahun 2020. Dokpri,


Berbicara penanganan wabah virus corona yang telah bermutasi tentu harus berdasarkan anjuran dari sains kesehatan. Daerah Istimewa Yogyakarta secara epidomologis adalah wilayah padat. Solusi yang relevan hingga kini adalah gencar menjalani prilaku hidup sehat, menjaga jarak interaksi sosial, menyukseskan vaksinasi, dan memenuhi kebutuhan pasien positif corona virus disease.

Keempat hal yang menjadi anjuran ahli kesehatan dunia ini diupayakan terakomodasi sepenuhnya oleh pemerintah provinsi D.I Yogyakarta. Sri Sultan Hamengkubuwono selaku pemangku kebijakan juga menerapkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) sebagaimana arahan pemerintah pusat.

Pembatasan kegiatan masyarakat merupakan salah satu langkah paling efektif menekan angka penularan virus antar manusia. Pada akses jalan menuju pusat kota, khususnya jalan Malioboro yang terkenal padat itu penyekatan dilakukan. 

Dalam pantauan, jumlah pengunjung kawasan malioboro hanya dikisaran 200 hingga 300 orang dari sebelumnya mencapai 2.000 orang lebih per harinya. Atas ikhtiar ini, angka penularan Covid-19 di Yogyakarta terpantau ikut menurun (11/8). Angka ini memang tidak berdampak pada peningkatan ekonomi warga D.I Yogyakarta, namun berdampak langsung kepada kesehatan warga, yang saat ini menjadi prioritas utama. Karena kesehatan adalah pangkal dari kedatangan rezeki yang lebih besar.

Fokus pemerintah daerah selanjutnya terfokus kepada penanganan kasus aktif. Sebagaimana diketahui bahwa Yogyakarta berstatus wilayah padat secara epidomologis. Isolasi mandiri menjadi kurang tepat bagi sebagian warga kasus positif Covid-19. Oleh karenanya, Sri Sultan Hamenkubuwono X menyediakan shelter isolasi secara terpusat (isoter) sebagai pengganti isolasi mandiri (isoman).

Pasien bergejala ringan yang tinggal di lokasi kurang kondusif dapat memanfaatkan shelter isoter ini. Pihak pemprov bahkan sampai melaksanakan program door to door untuk menjemput warga pindah ke shelter. Sri Sultan sendiri sampai menghimbau warga di seluruh kabupaten/kota  untuk mendorong tetangganya yang isoman pindah ke shelter tersebut.

Semua shelter itu ada induknya, yaitu rumah sakit. Biarpun shelter di kabupaten-kabupaten, itu tetap merujuknya ke rumah sakit. Kalau isoman tidak ada yang mengawasi,” tuturnya sebagaimana dikutip melalui jogjaprov.go.id (6/8).     

Berkejaran dengan Kecepatan Rumor

Kehadiran pandemi dipastikan akan mengubah cara hidup baru daripada yang sebelumnya. Ini adalah kepastian. Manusia akan semakin bergantung kepada teknologi, tingkat belanja warga akan meningkat tajam setelahnya, dan perasaan kekeluargaan antartetangga makin erat.

Akan tetapi, menuju hal tersebut membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Waktu, potensi, dan sumber daya. Apalagi, di dalam realitanya, pemberlakuan protokol kesehatan dan program vaksinasi massal yang berhadapan langsung dengan rumor yang tengah beredar.

Harapan dan ketakutan berputaran di dalam benak masyarakat. Gerak pemprov DIY berupaya mendahului kecepatan kabar burung yang beredar tersebut, dengan akselerasi vaksinasi yang menyasar RT/RW di wilayah masing-masing.

Gubernur tengah memobilisasi tenaga dari TNI/Polri dan pihak puskesmas dengan sistem jemput bola ke rumah-rumah warga. Hingga bulan Agustus ini, program vaksinasi di wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mencapai 60 persen lebih. Diharapkan dapat mencapai angka 100 persen pada bulan Oktober 2021 nanti.

Status Vaksin Provinsi D.I Yogyakarta. Sumber : vaksin.kemenkes.go.id

Membangun Masyarakat Tangguh.

Senjata yang paling ampuh di dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini adalah kesabaran. Tidak ada ganjaran yang lebih baik diterima kecuali dengan sabar didalam menjalani arahan yang berlaku.

Keberhasilan pembangunan daerah, maupun program penanganan pandemi amat bergantung kepada kesanggupan setiap elemen masyarakat maupun pemangku kebijakan di dalam mengendalikan diri, dan tidak hanyut akan kebiasaan lama maupun rumor yang beredar.

Dengan sikap yang disiplin tentu tidak sulit untuk mendahulukan kepentingan bersama di atas ego pribadi, sebagai unsur penting bagi kelanjutan pelaksanaan pembangunan di tahun-tahun mendatang.

Tanpa disadari, kehadiran pandemi Covid-19 ini menjadikan dunia di sekeliling kita melakukan perubahan yang sebelumnya dirasa tidak mungkin, meski sejatinya proses itu tengah berlangsung. Begitupun pemanfaatan teknologi digital dan kemampuan memilah berita yang benar serta memberikan kemashlahatan.

Gelapnya dunia akibat wabah corona virus disease akan berganti dengan terbitnya matahari di ufuk timur. Sepanjang proses yang berlangsung biarlah kita yang menjadi secercah harapan dengan saling menguatkan dan mencerahkan, minimal tetap mengikuti protokol kesehatan yang berlaku.

Hingga saatnya tiba, jaga optimisme, terus berpikir rasional, dan melangkah maju dengan tegar, menuju Indonesia bangkit.

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Pembuatan Konten Media Sosial dalam rangka Memperingati HUT RI ke-76 dengan tema Merdeka dari Pandemi : Bersatu dalam Keberagaman untuk Indonesia Bangkit yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY".


Posting Komentar untuk "Bangkit dari Ancaman Pademi dengan Falsafah Matahari Yogyakarta"