Teknologi Cloud Storage, Sarana Penyimpanan Data Tanpa Khawatir Terjangkit Virus

"Bicara tentang (Cloud Storage) komputasi awan sebenarnya sudah terpikirkan semenjak tahun 1960. Pada saat itu generasi baby-boomers tampak necis dengan setelah celana cutbray."

Kita bayangkan saja dulu : flashdisk yang menjadi wadah penyimpanan data eksternal milik kita musti disteril menggunakan semprotan antiseptik oleh pengidap obsessive compulsive disorder yang ketakutan dengan masih adanya wabah penyakit. Kalau tiap kali hendak dipinjam kejadiannya seperti ini, hasilnya  sudah pasti : jadi rusak. 

(Ilustrasi) "Teknologi Cloud Storage, Sarana Penyimpanan Data Tanpa Khawatir Terjangkit Virus". Sumber : Pixabay


Yes, betul! “Rusak” adalah kosakata yang mudah sekali disematkan kepada perangkat keras penyimpanan data berupa flashdisk, meskipun bentuknya kecil. Ia-nya juga mudah hilang kalau ingatan kita seringkali diserang oleh kebiasaan lupa saat menaruh, atau juga mudah terserang virus yang mengakibatkan data-data di dalamnya menjadi rusak, tak mampu diperbaiki.

Memangnya masih ada orang zaman sekarang yang pakai flashdisk? Ya, masih lah! Kecuali yang kamu maksud disket, yang menunjukkan kamu hidup di zaman komputer masih menggunakan sistem dos. Pelajar dan pekerja kantoran zaman sekarang sudah memakai perangkat-perangkat canggih, cuyy.

“Efisiensi”, “mobilisisasi”, “kompatibel” adalah kata-kata sakti dimana flashdisk masih relevan digunakan. Tapi dibalik kata-kata sakti tersebut, siap-siap aja perangkat komputer, laptop, atau ponsel pintar mu diserang virus saat tersambung dengannya.

Untuk menjawab tantangan yang ada, muncul alternatif perangkat yang diyakini lebih mampu mengatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki flashdisk. Namanya “Cloud Storage”, atau dalam bahasa indonesianya sebagai “komputasi awan”. 


(Ilustrasi) "Teknologi Cloud Storage, Sarana Penyimpanan Data Tanpa Khawatir Terjangkit Virus". Sumber : Pixabay


Bicara tentang komputasi awan sebenarnya sudah terpikirkan dari semenjak tahun 1960. Pada saat itu generasi baby-boomers tampak necis dengan setelah celana cutbray, dengan sisir dan sapu tangan disisipkan pada saku belakang celana. Namun entah kenapa, teknologi maju tersebut tidak menjadi tren saat itu, malah cutbray-nya yang happening?

John Mc Carthy adalah seorang saintis komputer dari MIT yang memperkenalkan cloud storage kepada dunia. Teknologi ini kemudian menjadi populer tatkala John membawanya kepada perusahaan e-commerce, Amazon, pada tahun 2000, untuk digunakan sebagai penjembatan dari semua layanan produknya melalui Amazon Web Service.

Cara kerja dari komputasi awan ini adalah pihak hosting menyediakan begitu banyak server sebagai perangkat penyimpanan. Bagi sesiapa yang ingin menggunakannya terlebih dahulu terhubung dengan layanan hosting tersebut. Bisa dalam bentuk aplikasi, layanan email, atau berlangganan internet provider untuk keluarga.

Untuk mengakses penyimpanan data melalui cloud storage, kita tinggal membuka aplikasi atau tampilan situs yang kita gunakan. Ada Google Drive, Dropbox, dan di Indonesia sendiri ada IndiHome Cloud Storage. Di sana kita bisa menyimpan seluruh dokumen berupa foto, video, lagu, dokumen, hingga kontak nomor ponsel pintar. Hebatnya lagi, kita bisa berbagi perangkat cloud dengan yang lain tanpa kekhawatiran terpapar virus covid-19 yang masih berstatus wabah.

Kalau begitu kita butuh kuota internet untuk mengakses cloud storage, kan ya?

Tentu saja. Hidup kita saat ini tidak bisa terlepas dari berjejaring dengan internet. Teknologi digital sudah mengubah gaya hidup kita hingga dititik manusia bisa beraktivitas dan bersosialisasi tanpa tatap muka.

Kembali ke layanan IndiHome  Cloud Storage, bahwa layanan ini tersedia dalam bentuk add-on maupun bundling. Selama masih memiliki akun myIndiHome, pelanggan produk layanan internet untuk keluarga milik Telkom Group tersebut dapat diakses dimana saja, kapan saja.

Selama terkoneksi dengan internet, pelanggan IndiHome dapat beraktivitas menggunakan cloud storage yang disediakan.

Selain pilihan komputasi awan, ekosistem layanan digital milik pelat merah ini menyediakan begitu banyak jaringan Internet of Things (IoT). Mulai dari IndiHome Karaoke, Langit Musik, GameQoo, Pijar Belajar, Wifi.id Seamless, dan masih banyak lagi.

Untuk hiburan rumah, mereka juga menyediakan konten streaming semacam Disney+ Hotstar, Netflix, VIU, Vidio, Catchplay, HBO GO, Usee TV, dan berbagai macam platform lainnya.

Semua layanan ini tidak terlepas dari misi Telkom Group menjadikan masyarakat di seluruh Indonesia terkoneksi secara maksimal dengan teknologi digital hingga ke unit terkecilnya. 

Posting Komentar untuk "Teknologi Cloud Storage, Sarana Penyimpanan Data Tanpa Khawatir Terjangkit Virus"