FOMO (Fear of Missing Out), Gelisah Milenial Terhadap Tren
Apakah FOMO (Fear of Missing Out) itu penyakit? Bisa jadi.
"FOMO (Fear of Missing Out), Gelisah Milenial Terhadap Tren". Sumber ilustrasi : Pexels/Bruno Millennial |
Perhatikan baik-baik bagaimana sebuah mall, taman , zebra cross, dan jembatan di daerah Jakarta diserbu oleh pengunjung. Manusia terkonsentrasi disatu wilayah tersebut sehingga menciptakan kerumunan yang hebat. Semua berkat manusia yang tidak ingin ketinggalan suatu tren di media sosial, sehingga berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk menyaksikan kejadian yang terlanjur menjadi viral tersebut.
FOMO dengan viralisme memang tidak terpisahkan. Ada sebuah gairah disana. Begitu juga rasa penasaran, dan keterbaruan yang memanjakan mata. Apalagi kalau sesuatu yang menjadi viral itu mudah diakses dan gratis. Dipastikan manusia membludak. Syok sekaligus fenomenal.
Secara definisi memang FOMO merupakan perasaan takut dan gelisah pada diri seseorang tidak menjadi bagian dari tren yang terjadi. Hal ini terjadi karena respon mereka terhadap konten yang menjadi viral di media sosial. Maka tidak aneh apabila 69% (persen) milenial merasakan hal ini, dan 60 persennya bereaksi terhadap penjualan karena tidak ingin dianggap ketinggalan zaman (Strategy Online).
Para FOMO-sapiens ini rela membuat pengeluaran tambahan demi dianggap mengikuti zaman. Bahkan beberapa diantaranya dengan bangga memperlihatkan pencapaiannya mengkonsumsi sesuatu di media sosial meski tampak konyol dan menciptakan haters. Sangat abusrd memang.
Akan tetapi, menjadi FOMO bukanlah suatu penyakit kejiwaan. Menurut saya itu hanyalah fenomena bahwa strategi marketing berpindah dari yang dulunya terjadi di dunia nyata, sekarang ke dunia maya. Contohnya seperti yang saya sebutkan di atas tentang fenomena di Jakarta.
Maka tidak salah jika Vice President Marketing Management Telkom Group, E. Kurniawan, mengatakan bahwa kita berada di era “Milenial Disruption”. Di event Indonesia Brand Forum (19/09/2022) kemarin, beliau bahkan mengatakan bahwa milenial telah “membunuh” strategi marketing bergaya lama. Sungguh mengenaskan.
VP Marketing Management Telkom, E. Kurniawan dalam diskusi Kolaborasi Konten di Indonesia Brand Forum 2022 (19/09/2022). Dokpri |
Melalui diskusi menarik bersama brand-brand terkemuka di Indonesia Brand Forum kemarin setidaknya ada beberapa hal yang menjadi catatan saya bagaimana meramu strategi marketing agar menjadi FOMO.
1. Jadi Kreatif secara Holistik
Berpikir kreatif di dalam dunia marketing itu tidak bisa sepotong-potong. Harus berpikir holistik, bahwa kita adalah bagian dari ekosistem besar. Produk yang kreatif harus pula dipasarkan dengan cara yang sama kreatif juga. Apalagi manusia sedang berada di era disrupsi teknologi dan pandemi. Konten yang menghibur dan organik adalah jawaban, dan disertai dengan rajin meng-update perubahan algoritma platform media sosial menjadikan prosesnya lebih apik.
2. Ciptakan Satu Atribut Diferensiasi
Tujuan utama para FOMO-sapiens mengkonsumsi dan mengejar momen tertentu karena keberhasilan suatu brand ataupun program yang berjalan memiliki diferensiasi dengan yang lain. Konten yang kreatif akan memudahkan diferensiasi brand dan program yang berjalan jadi mudah diidentifikasi. Setidaknya pilih satu yang paling dibutuhkan milenial adalah cara yang paling efektif. Pasar akan mudah fokus dan mengingat satu atribut pembeda karena mudah dikenali.
3. Maksimalkan Kolaborasi dengan Siapapun
Pak E. Kurniawan yang membawa nama IndiHome di dalam forum kemarin menyatakan butuh kolaborasi untuk menjawab kebutuhan resource yang begitu banyak agar pesan brand milik mereka bisa ter-deliver dengan baik, terutama kepada para milenial. Sehingga, untuk menciptakan FOMO-isme kolaborasi sistem dan komunitas adalah jawaban yang tepat.
Dengan adanya kolaborasi bersama komunitas-komunitas di masyarakat memudahkan pesan tersebut sampai kepada khalayak dan menjawab kepentingan para milenial. Disamping itu, sistem kolaborasi bersama brand lain juga dapat dilakukan agar menjadi bagian dari tren yang tengah berlangsung. Pria yang dikenal sebagai Pak Iwan tersebut memberikan contoh (sekaligus ajakan) bagaimana prospek kolaborasi antara IndiHome dengan Sarinah bisa memuwudkan FOMO yang lebih intens di kalangan milenial pada khususnya.
Posting Komentar untuk "FOMO (Fear of Missing Out), Gelisah Milenial Terhadap Tren"