Merawat Alam, Merawat Gagasan Masa Depan

"Merawat Alam, Merawat Gagasan Masa Depan". Dokpri


Merawat adalah kata kerja yang menyiratkan kesabaran. Sebuah dedikasi yang menuntut konsistensi dan komitmen atas gagasan. Seperti halnya pohon, dimana gagasan menjadi bibit yang harus disemai. Kemudian menjadi benih yang harus ditanam, disiram, dipupuk, dan dijaga hingga membuahkan hasil yang diharapkan.

Bicara tentang proses bercocok tanam, keduanya sangat mustahil dilakukan oleh sebagian besar penduduk perkotaan. Pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk menjadikan lahan perkotaan beralih fungsi sebagai sarana tempat tinggal dan gedung-gedung bertingkat. Pertumbuhan ekonomi juga meningkatkan aktivitas industri di lahan-lahan yang tersedia. Hampir tidak ada lahan yang dapat digunakan untuk bercocok tanam. 

Perihal ini turut mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat di kota-kota besar. Mengelola tanah sebagai lahan produktif tidak lagi menjadi prioritas yang harus diajarkan secara turun-menurun. Begitupun mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos dipersepsikan sebagai aktivitas memalukan.

Salah satu warga RW.01, Sunter Jaya, ikut berperan serta pengelolaan sampah dan penghijauan tanpa lahan di perkotaan. Dokpri


Namun, hal ini tidak berlaku ketika saya berkunjung ke Kampung Berseri Astra (KBA) yang terletak di wilayah Sunter Jaya, Jakarta Utara. Diatas tumpangan motor ojek online saya menemukan beberapa tong-tong composter berdiri di pinggir gang. Pada salah satu rumah warga, seorang anak kecil keluar dari pagar dan membuka isi tong yang terletak di depan rumahnya. Ia mengawasi isi didalam tong tersebut tanpa ada rasa jijik.

Perjalanan saya berakhir di Jl. Telaga Permata VI No.14, RW.01, Sunter Jaya, Kec. Tg. Priok, Jakarta Utara. Lebih banyak lagi tong-tong composter berjejer di pinggir gang terlihat daripada sebelumnya. Meski terasa sempit, gang tersebut tampak asri dengan pot-pot tanaman yang menghijau. Tanpa bau dari tong pengolahan composter. Tanpa hilir mudik serangga, khususnya kecoak. Dan, tanpa satupun sampah berserakan di jalan.

Pengasuh KBA Kampung Proklim Sunter Jaya, Jakarta Utara memperlihatkan isi dari tong-tong composter. Dokpri


Sebagai sesama warga dari kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pemandangan ini adalah sebuah fenomena lain. Digagas oleh RB. Sutarno, Kampung Berseri Astra (KBA) RW.01 telah mendapatkan predikat sebagai Kampung Pro Iklim dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

Predikat Kampung Proklim berstandar nasional harus memenuhi 3 (tiga) kriteria,

Pertama, memenuhi mitigasi lingkungan yang lingkupnya terdiri dari pengelolaan sampah, hemat energi dan air, serta mitigasi kebencanaan.

Kedua, memenuhi standar mitigasi perubahan iklim dengan lingkup ketahanan pangan, penghijauan, serta budidaya ikan dan unggas.

Ketiga, berorientasi kepada penguatan kelembagaan lingkup RW, mulai dari membangun kerjasama dan silahturahmi antar-RW, menggerakan kader-kadernya untuk program pro iklim.

Infografis Pro Iklim. Sumber : Ditjen PPI-MenLHK.


Lahirnya Gagasan Merawat Alam

Lahir dari keprihatinan atas kondisi di lingkungannya bertempat tinggal, yang bisa banjir hingga berhari-hari, gagasan itu muncul. Akibat sampah yang menyumbat got, luapan air yang terjadi membawa sampah yang lebih banyak lagi. Bahkan sampah-sampah dari luar lingkungan tersebut bercampur dengan kotoran, aku Sutarno. 

Sebagai warga terdidik, penerima penghargaan Kalpatraru itu memandang persoalan ini sebagai peluang menciptakan solusi. Rumusan masalah disusun, lalu metode penyelesaian tercipta. Maka lahirlah gagasan untuk mengelola sampah dan penghijauan tanpa lahan di kawasan perkotaan. 

RB. Sutarno memandangi trofi Kalpataru miliknya. Dokpri


Saat menerangkan gagasannya itu, saya temukan sebuah kepercayaan diri yang besar dalam diri Sutarno. Namun sikapnya tenang, gaya bicaranya mengalir seperti aliran sungai. Terdapat banyak informasi penting tentang gerakan penghijauan di lahan padat penduduk ini. Semakin digali, semakin banyak inspirasi yang tersimpan didalamnya. Seperti tak akan pernah habis.

Keberlimpahan inspirasi ini berasal dari sebuah gairah yang dikatakan Orens Hariri di dalam bukunya yang berjudul “Break from the Pack” (2006), bekerja secara totalitas akan menghadirkan inovasi. Secara berulang, Hariri bahkan menambahkan sebuah proses “kegilaan” didalamnya. Itulah yang saya temukan ketika melakukan tur singkat di dalam kediaman Pak Tarno.

Lantai dasar rumah milik Pembina Proklim KBA Sunter Jaya ini dijadikan ruangan serba guna. Selain sebagai laboratorium mini, level terbawah bagian rumahnya menjadi ruang diskusi serta ruang pameran hasil karya. Di lantai duanya disulap menjadi perkebunan bioponik, dimana terdapat kolam lele dan kandang unggas yang menyatu dengan rerimbunan tanaman pot.

Lantai dua rumahnya itu dibuat sedemikian rupa sehingga terbentuk ekosistem mini yang nyaman dikunjungi, tanpa bau menyengat dari kotoran hewan, maupun gangguan nyamuk.

Tak hanya sampai disitu, pot-pot dari berbagai macam jenis tanaman terus menjalar ke lantai 3 hingga ke atap rumah. Sungguh takjub saya ketika menyadari pohon pepaya tumbuh menjulang di sebuah pot yang diletakkan di salah satu sudut atap rumah milik warga asal Kulon Progo, Yogyakarta itu. Dapat saya gambarkan atap rumah itu bagaikan oase di tengah langit kota.

Atap rumah Pak Tarno menjadi oase di tengah langit kota Jakarta Utara. Dokpri


Berawal dari proses composter, rantai makanan terjadi. Air penyulingan composter menghidupkan tanaman pot. Lalu, tanaman menghasilkan nutrisi bagi ikan dan unggas peliharaan. Dari tanaman itu juga manusia dapat bertahan dari berbagai macam kondisi. Contoh yang paling valid ketika kondisi sulit dikala pandemi terjadi dua tahun lalu.

Selain tinggal petik untuk diolah sebagai bahan dasar makanan, Pak Tarno sendiri pernah menjadikan beberapa jenis tanaman bioponiknya sebagai ramuan penambah imunitas badan. Dapur tetangga pun terbantu dengan berbagai jenis tanaman pot yang ada, seperti bayam, tomat, cabai, daun salam, jeruk, pepaya, dan lain sebagainya. Semua dapat dipetik secara gratis, dengan syarat ikut membudidayakannya secara kolektif.

Sulit dikatakan bahwa pengelolaan sampah dan penghijauan tanpa lahan di perkotaan ini memiliki celah kekurangan. Karena setiap detailnya dapat dikembangkan lebih jauh sebagai produk berbasis ramah lingkungan, selain dari sabun, sampo, pengharum ruangan, obat anti-nyamuk, pengurai septic tank, dan masih banyak lagi inovasi produk lainnya. 

Seluruh produk ramah lingkungan tersebut diproduksi dari rumah kediaman milik Pak Tarno, dan sangat terbuka kemungkinan dapat dikembangkan dari rumah-rumah warga lainnya dari seluruh Indonesia. Dalam pernyataannya, salah satu entitas dari Astra Grup turut memberi dukungan bagi usaha mikro berbasis lingkungan hidup ini, baik dari segi penjualan dan pengembangan inovasi.

RB. Sutarno di ruang kerjanya. Dokpri


Gagasan merawat alam, saya menyebutnya demikian. Sebuah gerakan yang tidak lagi melihat keyakinan individu. Setiap stakeholder turut mengambil bagian di dalam merealisasikannya. Pemerintah kota dengan keberlimpahan data dan pengampu kebijakannya, Astra dengan jaringan binisnya, serta lembaga swadaya masyarakat lain dengan jaringan kerelawanannya. Sumber daya yang dimiliki tiap stakeholder dapat menyatu dalam sebuah kolaborasi, untuk merawat gagasan ini kepada generasi berikutnya. 

Posting Komentar untuk "Merawat Alam, Merawat Gagasan Masa Depan"