Navigation Menu

STAR WARS VII: THE FORCE AWAKEN (Review Seorang Newbie)




Star Wars. Saya lupa apakah tayangan ini dulu adalah serial TV atau film layar lebar. Namun yang saya ingat, ketika kecil saya pernah menontonnya di TV. Adegan yang terkenang hingga kini adalah saat pilot wanita ikut dalam pertempuran pesawat luar angkasa. Dengan pesawat berwarna putih dan outfit berwarna seragam, ia bertempur dengan hebatnya. Hingga tidak lagi ia mampu menguasai keadaan; maka hancurlah pesawat yang ditumpanginya akibat serangan musuh. Suasanapun menjadi sedih tak terkira.

Tapi itu dulu. Sekarang, episode layar lebar Star Wars memasuki fase ke-7. Pemeran-pemeran di kala saya masih kecil ketika menontonnya, telah memasuki masa uzur. Han Solo (Harrison Ford) dan Putri Leia Organa (Carry Fisher) sudah beruban dan keriput meski rasa cinta kasih di antara mereka tak pernah ikut uzur. Saya musti mengakui bahwa semenjak tragedi kematian pilot wanita berseragam putih hingga episode ke-6 layar lebarnya, saya tidak mengikuti perkembangan kisah Star Wars. Sama sekali. Jadi, bisa dibilang saya masih newbie mengenai franchise film Star Wars.
Han Solo & Leia. Sumber: http://screenrant.com


Jika mengikuti kisah Star Wars: The Force Awaken ini, tampaknya seluruh galaxy sedang mengalami ketidakstabilan kondisi akibat kegelapan telah menguasai seluruh angkasa. Luke Skywalker, sang Jedi terakhir, lambang dari cahaya, tidak diketahui rimbanya. Maka, Putri Leia yang kini jadi jenderal perang Resistance memberikan misi kepada Poe Dameron (Oscar Isaac) dan robot Droid BB 8-nya mencari peta ke kuil Jedi (dibaca Jedai), tempat kemungkinan Luke Skywalker berada.

Poe yang telah dikepung pasukan Stormtrooper mengorbankan diri, dan melepaskan robot Droid-nya untuk membawa peta yang didapat ke markas Resistance. Meski Poe kalah oleh Kylo Ren (Adam Driver), komandan perang The First Order, serta ditawan, aksi tembak-menembaknya membuka hati Finn (John Boyega) untuk kabur dari Stormtrooper, dan membelot dengan membawa kabur pilot X-Wing tersebut. Malang tak dapat dihindar, Finn kehilangan Poe Dameron setelah pesawatnya terkena misil cahaya dari pesawat induk First Order dan terdampar di planet Jakku. Akan tetapi Finn ditakdirkan bertemu dengan Rey (Daisy Ridley) dan Droid milik Poe di sana. Petualangan menemukan Luke Skywalker pun dimulai.
Sumber: http://screenrant.com
  
Sumber: http://screenrant.com
 
Sebagai newbie, saya tidak mengalami kesulitan mengikuti alur cerita  dari film yang dirilis oleh Disney dan LucasFilm ini. Banyak istilah-istilah seperti The First Order, Stormtrooper, Jedi, Resistance, The Republic Alliance, X-Wing, dan lain sebagainya yang langsung bisa saya identifikasi dan mengelompokkannya. 

Di dalam cerita The Force Awaken ini, Kegelapan di wakili oleh kelompok The First Order yang dipimpin oleh sang Supreme Leader. Dibantu oleh 2 komandannya: Kylo Ren (mantan Jedi), dan General Hux (diperani Domhnall Gleeson) berusaha menemukan posisi sang Jedi terakhir, Luke Skywalker untuk dibunuh dan menguasai Galaxy dengan fasisme dan kegelapan. 
The First Order. Sumber: http://screenrant.com


Berseberangan dengan The First Order, kelompok Resistance adalah pendukung demokrasi dan cahaya, yang dipimpin oleh Jenderal Leia untuk mengembalikan cahaya pada tempatnya. The Resistance berusaha menemukan Luke terlebih dahulu sebelum The First Order. Dipertengahan jalan menuju pencarian, Leia bertemu kembali dengan Han Solo yang bertahun-tahun frustasi dan kabur akibat anak mereka, Ben, telah berpihak pada kegelapan dan mengganti namanya menjadi Kylo Ren. Bersama-sama, mereka berusaha menggagalkan misi The First Order dan menghadapi takdir yang memilukan.

Memang mudah mengidentifikasi dan mencerna istilah-istilah dan isi ceritanya. Tapi menurut saya, kisah The Force Awaken diawali dengan sesuatu yang panjang dan membosankan. Entah karena script-nya, koreografinya, atau akting mereka, yang jelas, tidak ada drama yang berbobot yang meningkatkan adrenalin saya. Flat. Hanya diisi aksi kejar-kejaran picisan. Karena bagaimanapun, Disney dan LucasFilm seharusnya mampu memenuhi ekspektasi penonton mengenai film fantasi Hollywood yang penuh kejutan dan sophisticated dari awal hingga akhir. Bukannya cerita semacam Frozen. Setuju? Apalagi film tersebut dibintangi juga oleh pemeran The Raid, Iko Uwais, dan Yayan Ruhian.

Meskipun demikian, film Star Wars: The Force Awaken ini cukup menghibur dan secara keseluruhan tersaji sangat rapih. Saya pribadi tidak mendapatkan “gigitan” di awal cerita. Tetapi di pertengahan hingga akhir, cerita menjadi semakin berbobot dan menemukan adrenalinnya dengan aksi laga, motion-effect, dan dramanya.

Judul Film   :    Star Wars VII, The Force Awaken
Genre Film :    Fantasy
Produser     :    J.J. Abrams & Bryan Burk
Sutradara    :    J.J. Abrams
Pemeran     :    Harrison Ford, Mark Hammil, Carrie Fisher, Adam Driver, Daisy Ridley, John Boyega, Oscar Isaac, Lupita Nyong’o, Andy Serkis, Domhnall Gleeson
Produksi      :    Disney & LucasFilm

0 komentar:

Review : THE SINGLE (2015)

sumber: http://movie.co.id/single/

Judul  Film : Single

Genre Film : Drama-Komedi

Produser : Sunil Soraya
Sutradara : Raditya Dika, Sunil Soraya
Pemain : Raditya Dika, Annisa Rawles, Pandji Pragiwaksono, Babe Cabita, Chandra Liow, Frederick Alexander,
Rumah Produksi : Soraya Intercine Film

Sinopsis :
"Single lebih baik baik daripada pacaran tapi dipaksain."

Ebi (Raditya Dika) merupakan sosok pemuda lugu, naïf, baru saja patah hati, tanpa pekerjaan, dan sering telat bayar kost-an. Ebi terobsesi mencari kekasih ketika suatu malam, Alva (Frederick Alexander), adik Ebi yang lebih tampan dan lebih beruntung nasibnya, mengumumkan pertunangannya di hadapan Ebi dan ibu mereka. Segala macam usaha dilakukan Ebi untuk dekat dengan perempuan dengan dibantu oleh kedua temannya, Wawan (Pandji Pragiwaksono), dan Victor (Babe Cabita). Rejeki tak dapat ditolak, Ebi pun bertemu Angel (Annisa Rawles), cewek cantik penghuni baru kamar kost nomor 1.

Petualangan Ebi mendekati Angel bukan tanpa tantangan. Hal ini dikarenakan Angel memiliki ‘abang-abangan’ bernama Joe (Chandra Liow) yang diam-diam juga berusaha mendapatkan hati gadis yang kuliah di fakultas kedokteran tersebut. Petualangan ini juga mempengaruhi hubungan pertemanan Ebi dengan Wawan-si penulis, dan Viktor-si superstitious. Bagaimanakah akhir kisah asmara dan pertemanan Ebi?

Review:
Hal yang paling saya ingat setelah menonton film Single adalah Stand-Up Comedy. Bukan mengenai pemerannya, tetapi bagaimana Stand-Up Comedy menjadi penentu kesemrawutan ‘benang cerita' ini. Dengan plot cerita yang lucu namun beralur lambat, kerangka film dibangun dengan selera komedi Hollywood yang telah diadaptasi sesuai ekspektasi penonton Indonesia: romantis, melankolis, konyol, dan tanpa kehilangan simbol kedaerahan. Sejenak, film Single ini memiliki kemiripan dengan film That Awkward Moment (2014).

Nuansa American Life style pun hadir pada film Single. Namun sang sutradara sepertinya berusaha meminimalisir unsur vulgar di dalam film ini, serta mengganti minuman beralkohol dengan jus cranberry dan botol air mineral di salah satu adegan saat clubbing. Beberapa kemiripan memang ada dengan Film That Awkward Moment - film yang diperani Zac Efron, tapi kemiripan itu tidak jatuh pada plagiarisme atau pornografi, meskipun, nilai utama yang diusung oleh film drama-komedi Single ini adalah 'mencari cinta berdasar selera pribadi, dan tanpa memberikan pilihan alternatif lain. Post-modernism romance saya menyebutnya, berdasarkan kutipan di sinopsis di atas sebelumnya (istilahnya berat, ya. haha).

Unsur yang paling kental di dalam film Single justru terletak pada gaya stand-up comedy yang ramah akan budaya Indonesia. Meskipun ada reaksi di dalam adegan yang memperlihatkan kesopanan-tingkat-dewa yang membuat saya tak habis pikir, seperti pada adegan insiden tukang nasi goreng. Ya, cukup bersahaja lah.. Disertai kemampuan akting dan pembagian karakter yang demikian bagus menjadikan film Single ini tidak terlihat sebagai drama-komedi kacangan. Luar biasa.

Terdapat adegan romantis yang sangat menyentuh di hampir penghujung cerita. Bahkan salah satu teman saya terlihat berkaca-kaca saat menyaksikannya. Bersama dengan isi cerita yang ringan disertai kekonyolan tingkah para pemainnya, film drama-komedi Single cocok ditonton oleh pemirsa 15 tahun ke atas dan begitu menghibur.

Sejujurnya, pesona dari fim Single ini tidak hadir pada hasil review saya, tapi pada usaha anda menikmati sajian stand-up comedy yang bertransformasi di drama-komedi layar lebar.

Gala Premiere:
Kehadiran saya mendatangi premiere film Single di tanggal 13/14/201atas 4 tiket undangan yang diberikan @liputan6.com kepada teman saya. Kesempatan ini saya ambil karena sebelumnya saya tidak pernah mengikuti premiere film nasional maupun Hollywood, sekaligus tertarik mengikuti perkembangan yang terjadi pada kualitas drama-komedi nasional.

Kami datang di XXI Plaza Senayan tepat pada pukul 9.00 WIB dan langsung menuju pintu theater 5. Pada pukul 9.30, kami dipersilahkan masuk ke theather, dan menunggu beberapa lama, lalu disapa oleh beberapa pemain film Single seperti Annisa Rawles, Pandji, Babe Cabita, dan Chandra Liow. Setelah itu, ruangan pun gelap; film ditayangkan pada pukul 10.30 WIB.


Selama event premiere film Single dari awal hingga akhir berlangsung, perhelatan berjalan dengan rapih. Sepenglihatan saya, terdapat theather 4, 5, dan 6 yang dipakai panitia untuk menayangkan film Single bagi tamu undangan. Tapi bisa jadi lebih dari itu. Hingga di akhir sesi berfoto bersama para pemain film Single, acara berlangsung lancar. Namun untuk dimengerti bahwa kehadiran tamu undangan dipremiere bukanlah bentuk keberuntungan semata, tetapi sebagai bagian dari program mensukseskan film nasional. Artinya bagi tamu premiere maupun calon pemirsa di Indonesia memiliki beban yang sama beratnya menggairahkan semangat menonton produksi film negeri sendiri, terutama film Single besutan Raditya Dika dan Sunil Soraya ini. Datanglah beramai-ramai ke bioskop.





0 komentar: