DARI ISENG MENJADI KOMPETISI BERGENGSI, SHELL ECO-MARATHON MEMAKNAI KEMBALI EFISIENSI ENERGI
Dari taruhan iseng berujung tradisi. Kegiatan semacam itu sangat bermanfaat bagi kehidupan, pastiya. Karena keisengan tersebut telah menyatu dengan kelompok masyarakat tertentu.
Memang, taruhan seperti apa sih?
Sekelompok ilmuwan Shell di Wood River melakukan riset di laboratorium mereka di Kota Illinois, Amerika Serikat. Pada tahun 1939, para pemikir ulung tersebut melakukan taruhan satu sama lain: kendaraan siapa yang paling jauh perjalanannya hanya dengan berbekal satu galon bahan bakar?
Kala itu, pencapaian terjauh mereka adalah 2.112 kilometer per liter bahan bakar. Kegiatan ini kemudian membawa rasa penasaran para ilmuwan Shell dari tahun ke tahun. Maka dari ide tersebut lah, terselenggara kompetisi internasional Eco-Marathon yang diadakan di Mallory Park, Inggris, pada tahun 1977.
Nama kompetisi yang dimaksud Shell Eco-Marathon.
Kompetisi yang sepenuhnya disponsori Shell ini mengusung tema sumber daya keberlanjutan. Artinya adalah sumber daya yang diambil dari perut bumi menjadi modal kerekatan sumber daya alam dengan lingkungan, kultur sosial, serta infrastruktur buatan manusia kepada generasi selanjutnya.
Memang, taruhan seperti apa sih?
Sekelompok ilmuwan Shell di Wood River melakukan riset di laboratorium mereka di Kota Illinois, Amerika Serikat. Pada tahun 1939, para pemikir ulung tersebut melakukan taruhan satu sama lain: kendaraan siapa yang paling jauh perjalanannya hanya dengan berbekal satu galon bahan bakar?
Kala itu, pencapaian terjauh mereka adalah 2.112 kilometer per liter bahan bakar. Kegiatan ini kemudian membawa rasa penasaran para ilmuwan Shell dari tahun ke tahun. Maka dari ide tersebut lah, terselenggara kompetisi internasional Eco-Marathon yang diadakan di Mallory Park, Inggris, pada tahun 1977.
Nama kompetisi yang dimaksud Shell Eco-Marathon.
Kompetisi yang sepenuhnya disponsori Shell ini mengusung tema sumber daya keberlanjutan. Artinya adalah sumber daya yang diambil dari perut bumi menjadi modal kerekatan sumber daya alam dengan lingkungan, kultur sosial, serta infrastruktur buatan manusia kepada generasi selanjutnya.
Salah satu indikator dari upaya keberlanjutan itu ada pada tingkat efisiensi energi yang digunakan pada mesin, khususnya pada kendaraan.
Tajuk Make the Future pada kompetisi ini cukup menarik karena menantang para insinyur muda seluruh belahan dunia mendisain, menciptakan, dan mengendarai kendaraan berenergi efisien buatannya sendiri. Para peserta bisa dari latar belakang apa saja; termasuk antusiastik amatiran, tim dari universitas, dan staf pabrik kendaraan yang ada.
Konsep lomba Shell Eco-Marathon mirip balapan MotoGP. Perbedaannya, pencapaian terbaik Eco-Marathon pada kemungkinan terbesar efisiensi penggunaan bahan bakar; meski atmosfer pertandingan tak kalah serunya dengan balapan motor 900 cc.
Di balapan Eco-Marathon ini peserta musti mengedepankan inovasi teknologi ramah energi - hemat bahan bakar. Untuk menunjang performa tentulah desain kendaraan menjadi sama penting dalam menciptakan mesinnya.
Shell Eco-Marathon bukan tentang siapa paling cepat; mengalahkan lawan dengan menghambur-hamburkan energi dan sumber daya alam. Akan tetapi, kembali kepada khittah teknologi itu diciptakan, yaitu menjadi sarana efektif mendistribusikan kekayaan alam yang terbatas untuk dinikmati manusia yang tak pernah merasa puas.
Beberapa kategori telah dipersiapkan penyelenggara Shell Eco-Marathon. Kategori-kategori ini disesuaikan dengan tren berkendara masa kini, di antaranya :
1. Mileage Challenge, yaitu jenis awal kompetisi ini diadakan. Hasil karya kendaraan peserta diuji kemampuannya melaju hanya dengan satu liter bahan bakar.
2. Driver World Championship, yaitu kompetisi tim Urban-Concept mengikuti balapan demi meraih gelar juara pengemudi terhandal yang paling efisien berkendara di dunia.
Indonesia Merajai Driver World Champioship Singapore 2018
"Saya tak percaya dapat memenanginya - kerja keras selama berbulan-bulan akhirnya telah membuahkan hasil." Demikian keterangan Tito Setyadi yang dikutip dari ruang media Shell.
Tito Setyadi Wiguna adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Bersama tim Semar Urban UGM, ia mampu merengkuh juara pertama di ajang Driver World Championship regional Asia-Pasifik tahun ini.
Tito Setyadi Wiguna harus bersaing bersama pembalap dari tim universitas lainnya yang tersebar dari 18 negara asia-pasifik dan timur tengah. Ia terus berusaha sebaik mungkin menaklukkan lintasan yang dibuat di atas aspal Changi Exhibition Center.
Lintasan balap Driver World Championship Singapore berada di pinggir laut. Cerah dan hangat; berbanding terbalik dengan desain urban-concept kendaraan Tito berbentuk seperti helm Lord Vader dalam nuansa warna yang sama, hitam. Namun, bentuknya unik serta aerodinamis. Dengan lincahnya, mobil berhasil menyelesaikan 9 putaran dan menyisakan 0,9 persen bahan bakar.
Di ruang media Shell, ia mengakui telah melakukan latihan sekian lama dengan mobil Semar Urban 3.0. Hal itu demi terciptanya kedekatan antara pengemudi dan kendaraan yang dibawanya. Namun kekompakan tim, dan strategi dalam perlombaan menjadi salah satu unsur penting hingga ia dapat selesai di tempat pertama.
Make the Future. Dok: Shell.co.id |
Tajuk Make the Future pada kompetisi ini cukup menarik karena menantang para insinyur muda seluruh belahan dunia mendisain, menciptakan, dan mengendarai kendaraan berenergi efisien buatannya sendiri. Para peserta bisa dari latar belakang apa saja; termasuk antusiastik amatiran, tim dari universitas, dan staf pabrik kendaraan yang ada.
Konsep lomba Shell Eco-Marathon mirip balapan MotoGP. Perbedaannya, pencapaian terbaik Eco-Marathon pada kemungkinan terbesar efisiensi penggunaan bahan bakar; meski atmosfer pertandingan tak kalah serunya dengan balapan motor 900 cc.
Di balapan Eco-Marathon ini peserta musti mengedepankan inovasi teknologi ramah energi - hemat bahan bakar. Untuk menunjang performa tentulah desain kendaraan menjadi sama penting dalam menciptakan mesinnya.
Festival Shell Eco-Marathon Singapore (8-11 Maret 2018). Dok: Shell.co.id |
Shell Eco-Marathon bukan tentang siapa paling cepat; mengalahkan lawan dengan menghambur-hamburkan energi dan sumber daya alam. Akan tetapi, kembali kepada khittah teknologi itu diciptakan, yaitu menjadi sarana efektif mendistribusikan kekayaan alam yang terbatas untuk dinikmati manusia yang tak pernah merasa puas.
Beberapa kategori telah dipersiapkan penyelenggara Shell Eco-Marathon. Kategori-kategori ini disesuaikan dengan tren berkendara masa kini, di antaranya :
1. Mileage Challenge, yaitu jenis awal kompetisi ini diadakan. Hasil karya kendaraan peserta diuji kemampuannya melaju hanya dengan satu liter bahan bakar.
2. Driver World Championship, yaitu kompetisi tim Urban-Concept mengikuti balapan demi meraih gelar juara pengemudi terhandal yang paling efisien berkendara di dunia.
Indonesia Merajai Driver World Champioship Singapore 2018
"Saya tak percaya dapat memenanginya - kerja keras selama berbulan-bulan akhirnya telah membuahkan hasil." Demikian keterangan Tito Setyadi yang dikutip dari ruang media Shell.
Tito Setyadi Wiguna adalah mahasiswa Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Bersama tim Semar Urban UGM, ia mampu merengkuh juara pertama di ajang Driver World Championship regional Asia-Pasifik tahun ini.
Tito Setyadi Wiguna diarak oleh rekan Tim Semar Urban UGM. Dok: Shell.co.id |
Tito Setyadi Wiguna harus bersaing bersama pembalap dari tim universitas lainnya yang tersebar dari 18 negara asia-pasifik dan timur tengah. Ia terus berusaha sebaik mungkin menaklukkan lintasan yang dibuat di atas aspal Changi Exhibition Center.
Lintasan balap Driver World Championship Singapore berada di pinggir laut. Cerah dan hangat; berbanding terbalik dengan desain urban-concept kendaraan Tito berbentuk seperti helm Lord Vader dalam nuansa warna yang sama, hitam. Namun, bentuknya unik serta aerodinamis. Dengan lincahnya, mobil berhasil menyelesaikan 9 putaran dan menyisakan 0,9 persen bahan bakar.
Di ruang media Shell, ia mengakui telah melakukan latihan sekian lama dengan mobil Semar Urban 3.0. Hal itu demi terciptanya kedekatan antara pengemudi dan kendaraan yang dibawanya. Namun kekompakan tim, dan strategi dalam perlombaan menjadi salah satu unsur penting hingga ia dapat selesai di tempat pertama.
"Kami berpikir keras untuk menghasilkan sesuatu yang dapat membuat kecepatan dan efisiensi energi menjadi seimbang, sesuai dengan rata-rata tuntutan para pengemudi di jalan, dan kami merasa senang dapat mencapainya," tambah Tito.
Darwin Silalahi, selaku Chairman dan President Director PT. Shell Indonesia ikut berbangga dengan raihan Tito Setyadi Wiguna. Pria yang menjadi Chairman Shell Indonesia itu menyempatkan diri mengunjungi paddock ke-26 tim mahasiswa Indonesia, salah satunya tim Semar Urban UGM.
Darwin Silalahi, selaku Chairman dan President Director PT. Shell Indonesia ikut berbangga dengan raihan Tito Setyadi Wiguna. Pria yang menjadi Chairman Shell Indonesia itu menyempatkan diri mengunjungi paddock ke-26 tim mahasiswa Indonesia, salah satunya tim Semar Urban UGM.
Dari hasil kunjungannya ia mengakui bahwa mereka (mahasiswa Indonesia) pada dasarnya memiliki modal untuk menjadi pemenang di era revolusi industri 4.0.
Di belakang Tito, finish pula Muhammad Hafiz Habibi dari ITS Team 2 - Institut Teknologi Surabaya, dan Fauzi Achmad Prapsita dari Garuda UNY Eco Team - Universitas Negeri Yogyakarta. Masing-masing mereka merengkuh juara 2 dan 3 pada lomba balapan itu dengan menyisihkan 122 peserta.
"Selamat kepada tiga tim Indonesia yang berhasil menjadikan All Indonesian Team sebagai juaran di DWC Asia. Kita semua sangat bangga dengan pencapaian luar biasa ini. Bukti nyata dan inspiratif bahwa anak-anak muda Indonesia memiliki talenta dan kemampuan yang sangat kompetitif tidak hanya di regional, tetapi juga global." Sambut Darwin Silalahi.
Semar Urban 3.0 berhasil finish pertama. Dok: Shell.co.id |
Di belakang Tito, finish pula Muhammad Hafiz Habibi dari ITS Team 2 - Institut Teknologi Surabaya, dan Fauzi Achmad Prapsita dari Garuda UNY Eco Team - Universitas Negeri Yogyakarta. Masing-masing mereka merengkuh juara 2 dan 3 pada lomba balapan itu dengan menyisihkan 122 peserta.
"Selamat kepada tiga tim Indonesia yang berhasil menjadikan All Indonesian Team sebagai juaran di DWC Asia. Kita semua sangat bangga dengan pencapaian luar biasa ini. Bukti nyata dan inspiratif bahwa anak-anak muda Indonesia memiliki talenta dan kemampuan yang sangat kompetitif tidak hanya di regional, tetapi juga global." Sambut Darwin Silalahi.
Ketiga tim urban-concept dari Indonesia tersebut sukses menguasai seluruh podium Driver World Championship Singapore 2018, yang diselenggarakan pada 11 Maret kemarin.
Dengan demikian, seluruh perwakilan Indonesia akan bersiap menghadapi tim-tim urban-concept terbaik dari Amerika dan Eropa di ajang Grand Final Driver World Championship pad 5-8 Juli, di London, Inggris, nanti.
Hadiah utama segera menanti pemenang Global dalam bentuk pengalaman sekali seumur hidup, yaitu: berkunjung ke markas Scuderia Ferrari, Italia.
Posting Komentar untuk "DARI ISENG MENJADI KOMPETISI BERGENGSI, SHELL ECO-MARATHON MEMAKNAI KEMBALI EFISIENSI ENERGI"