Navigation Menu

ODE TUK PULAU DEWATA, BALI


Belum pernah sebelumnya saya ke Bali.

Hingga di tahun 2014, saya diajak oleh teman untuk ikut bergabung ke dalam suatu choir yang dinaungi oleh salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Paduan suara tersebut tengah melakukan persiapan menuju ajang kompetisi bertaraf internasional di Bali. 

Singkat cerita, 2 bulan telah berlalu, dan persiapan dianggap telah cukup. Pada akhir bulan Agustus yang agak mendung itu, kami pun dilepas oleh petinggi perusahaan dan berangkat-terbang menuju Pulau Dewata.

Di Bandara Internasional

Pesawat kami landing di bandara internasional I Gusti Ngurah Rai pada sore hari, sekitar jam tujuh. Perjalanan kami berlanjut ke sebuah hotel di daerah sekitar Kuta dengan menggunakan bus sewaan. Sepanjang jalan yang dilewati bus kami, mata saya melihat kebanyakan dari gerbang bangunan serta rumah penduduk disarungi dengan kain dengan motif kotak-kotak. Baru kemudian saya ketahui bahwa gerbang pagar tersebut disebut dengan angkul-angkul, yang berfungsi seperti candi bentar pada pura yaitu sebagai gapura jalan masuk.

Keesokan harinya, kami berkunjung ke Institut Seni Indonesia Denpasar Bali. Dari Kuta menuju Kota Denpasar memiliki jarak waktu tempuh sekitar 27 menit. Namun menjadi berjam-jam karena kami musti mampir terlebih dahulu ke kantor cabang perusahaan yang menaungi kelompok paduan suara kami. Bersilahturahim dengan para pegawai, berkenalan satu-persatu, bersenda gurau, dan terakhir diberikan wejangan oleh petinggi cabang di sana.

Menerima Medali dan Penghargaan

Kantor perwakilan tempat kami mampir didominasi oleh warna kuning. Ketika sampai di ISI Denpasar, gedung berubah warna dengan dominasi oranye dan coklat -- perubahan suasana yang tidak terlalu ekstrim. Namun cuaca saat itu begitu terik, tidak seperti Jakarta yang kami tinggalkan dalam kondisi lembab dan mendung.

Budaya di pulau Bali memang tidak hilang meskipun itu di jalanan utama kota Denpasar. Unik dan mistis, namun terlihat damai; adalah hal yang tidak mungkin bagi saya tuk menemukan gedung pencakar langit. Hal itu karena surat keputusan pemerintah daerah yang membatasi pembangunan gedung setinggi rata-rata pohon kelapa. Mungkin karena itulah saya merasakan Bali tampak damai; perpaduan antara modernitas dan budaya aslinya begitu harmonis dan tidak berlebihan.

Kelompok kami juga menyempatkan diri berkunjung ke Taman Garuda Wisnu Kencana yang begitu megah meski belum sepenuhnya rampung. Jika seandainya rampung, patung Wisnu Kencana akan terlihat terbang menaiki burung garuda, dan berdiri setinggi 120 meter. Selain itu, beberapa objek wisata lain kami singgahi, seperti Tanah Lot yang memiliki warna-warna indah di penghujung sore, Danu Beratan di Bedugul yang dingin, dan pantai Kelan yang kece.

Di Tanah Lot

Danu Beratan, Bedugul, Bali

Potongan Badan Patung Wisnu Kencana

Ada cerita menarik saat kami berada di pantai Kelan. Beberapa dari kami yang muslim hendak mencari musholla untuk beribadah namun semua penduduk yang beraktivitas di sana tidak tahu jika seandainya ada musholla di pantai tersebut. Sebagian dari kami pun nekat hendak sholat di salah satu pos di sudut jalan. Beruntung ada penduduk yang menyaksikan kami dan merasa kasihan. Mereka menghampiri kami dan menyuruh kami beribadah dengan khusyuk di dalam rumahnya.

Keseruan di Pantai Kelan

Itulah segelintir pengalaman saya ketika berada di Bali. Saya memuji keindahan dan keramahan Pulau Dewata nan menawan. Tidaklah wajar jika seseorang mencinta terhadap sesuatu tetapi enggan untuk kembali datang. Karena "segelintir" tidaklah pernah cukup. Saya ingin kembali ke Pulau Dewata.

25 komentar:

"AKAD" TAK BERKONTROVERSI


Saya menyerah. Setelah beberapa kali mengabaikan salah satu konten video di linimasa Youtube ini, tak mampu saya menahan rasa penasaran yang hebat setelah kembali terpapar klip musik berjudul “Akad”. 

Telinga saya mengenal setiap lagu Payung Teduh dengan irama yang khas. Melodinya romantis disertai dengan varian not yang anti-mainstream. Bergerak melipir di not-not rendah lalu meloncat tinggi satu oktaf; itulah ciri khas Payung Teduh. Namun lagu berjudul “Akad” agak berbeda. Jika saya sering mendengar unsur keroncong di lagu-lagu sebelumnya, kali ini Payung Teduh terdengar begitu nge-jazz.

“Akad” bisa jadi hadir dengan kontroversi karena muatan liriknya. Katanya lirik "Akad" mengalami penurunan kualitas, nafsu mau nikah, dsb. 

Tapi bagi saya, lirik lagu ini justru membangkitkan kisah romansa kedua orang tua saya yang sering mereka sampaikan jika ada waktu berkumpul bersama keluarga. Kisah mereka tersimpan baik di memori pikiran anaknya ini dan menguar seketika saat lirik terbaru band Payung Teduh mengalun dengan dinamika lembut.

Meski sering berbantah-bantahan saat bercerita, satu yang pasti : Nyonya Djamil ini tidak pernah sekalipun bertemu suaminya kala ia masih muda. Ketemunya, ya pada saat di pelaminan. Ibu saya terkenal manis; maka dari itu ia dijuluki Te'ne yang berarti "gadis manis" dalam bahasa Luwu. Saat hendak merantau ke ibukota, ia pernah berpesan kepada pria yang pernah menjadi pujaan hatinya untuk segera melamar jika memang sekiranya serius. Tujuannya datang ke Jakarta memang untuk mengadu nasib. Namun justru nasib lain tak dapat dihindari : ibu saya bertemu jodoh yang sesungguhnya.


"Namun bila kau ingin sendiri, cepat-cepatlah sampaikan kepadaku. Agar ku tak berharap, dan buat kau bersedih." 

---------------------------------------------------------------------------

Ayah saya adalah seorang pelaut dan sempat mengalami masa-masa sulit paska ditinggal cerai oleh istri pertamanya. Rasa cinta kepada mantan istrinya yang cantik itu serasa tak berujung dan tak kesudahan. Hingga saatnya ayah saya datang berkunjung ke rumah salah satu kenalannya dari desa sebelah, dan melewati ruang dapur yang tengah penuh itu. Meski disesaki orang, matanya mampu menangkap wajah manis seorang gadis dari desa Bajo, Luwu, Sulawesi Selatan. Sungguh keterlaluan kiranya jika saya mengatakan ia tidak terpesona; karena seketika itu juga ia berkata kepada iparnya sendiri berniat menikahi sang gadis. 

Di hari itu juga, keluarga ayah saya heboh. Setelah mengalami patah hati yang cukup parah, akhirnya ia membuka hati kepada seorang gadis yang belum pernah eksis selama ini. Tim mak comblang yang dipimpin adiknya datang ke rumah yang menjadi kenalan sang kakak. Diketahui bahwa rumah tersebut adalah rumah bibi dari sang gadis. Dipantau gerak-gerik sang gadis - didekati - lalu diajak bicara barang sebentar - disetujui - lalu dibicarakan secara kekeluargaan dengan keluarga bibinya. Cepat bukan? Ibu saya saja tidak tau konspirasi tersebut.

"Ada pemuda kenalan saya ini yang mau melamar anak kamu. Terima segera! Dia pemuda baik-baik." Begitu isi surat yang dibaca ayah sang gadis. Namun beberapa hari kemudian, surat lain datang dari pujaan hati si Te'ne. Isinya tentang niatan melamar gadis yang sekarang menjadi ibu saya.

Kakek saya itu punya standar etika. Secara umum, pinangan pertama yang datang adalah pinangan yang lebih dulu diproses. First come, first serve. Kala itu, kakek saya tidak langsung menyetujui pinangan ayah saya karena belum pernah bertemu sebelumnya. Kemudian datang ayah saya bersilahturahim dan dengan tegas mengajukan lamaran resmi. Gentlemen banget lah, pokoknya. 

♫"Bila nanti saatnya t'lah tiba, ku ingin kau menjadi istriku. Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan; berlarian kesana-kemari dan tertawa."
---------------------------------------------------------------------------

Apakah ibu saya tidak bahagia karena dinikahi bukan oleh pujaan hatinya? 

Ibu saya telah mendampingi suaminya selama 40 tahun serta memiliki enam orang anak, dan tiga orang cucu. Jika dinilai secara kuantitatif tentu bahagia. Jika dinilai secara kualitatif, ibu saya tidak pernah sekalipun kabur ke pria lain atau memaksa minta dicerai seperti prilaku istri pertama ayah saya.

Hingga suatu ketika, di akhir tahun 2013, ponsel saya berdering dan memberitakan kematian kepala keluarga kami. Sidang skripsi saya pun musti ditunda demi kondisi yang saya alami. Pagi berikutnya setelah dikebumikannya ayah saya, ibu bercerita mengenai detik-detik terakhir meninggalnya pria itu. Ayah saya meminta disuapi barang beberapa sendok nasi oleh istrinya. Ibupun menyanggupi. Dimintanya untuk ditemani istirahat siang bersama; Ibu juga menyanggupi. Di atas alas tidur yang telah dirapihkan, ayah saya tidur dalam dekapan wanita yang telah menjaganya puluhan tahun. Dalam pelukannya pula, ayah saya menghembuskan nafas terakhir.

♬ "Namun bila saat berpisah t'lah tiba, ijinkan ku menjaga dirimu. Berdua menikmati pelukan di ujung waktu. Sudikah kau temani diriku?"
---------------------------------------------------------------------------


Official  Music Video "Akad" by Payung Teduh :

34 komentar:

PERTUMBUHAN ENTEPRENEUR INDONESIA


Beruntung Pilkada Jakarta 2017 sukses terlaksana. Meski konflik masa kampanye yang cukup sulit sempat terjadi, hal itu dapat diperbaiki dalam masa waktu tertentu. Namun yang paling menarik adalah munculnya gagasan akan kemandirian ekonomi pemuda dalam bentuk kewirausahaan. 

Sebelumnya, Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia telah memperkuat regulasi, serta menciptakan publikasi dan promosi berbentuk kompetisi nasional kewirausahaan. Program tersebut masuk hingga ke dalam manajemen pendidikan tingkat sarjana sehingga menginspirasi beberapa kampus untuk memasukkan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam sistem perkuliahan mereka.

Kini, tren kewirausahaan tersebut terus berkembang hingga menyentuh ke sudut-sudut lokasi yang belum tersentuh sebelumnya. Hal ini dapat terlihat melalui realisasi kerja pemda, khususnya di ibukota Jakarta dengan kehadiran Jakarta Creative Hub, dimana Pemda DKI memfasilitasi bangunan yang dapat digunakan bersama untuk oleh para kalangan muda yang kreatif dan berjiwa mandiri. Di samping itu, akan ada program baru dalam bentuk bimbingan yang melibatkan wirausaha muda ahli serta newbie untuk bersama-sama meningkatkan kreativitas dalam berwirausaha serta menciptakan solusi bagi permasalahannya. Jika kedua hal ini digabungkan tentu manfaatnya akan lebih terasa, apalagi target program tersebut tidak lagi bergerak ke sudut-sudut kampus, akan tetapi hingga ke sudut-sudut kecamatan. Secara hitungan kuantitatif, elaborasi program ini akan saling mengisi dan menjangkau lebih banyak orang untuk menjadi agen-agen entepreneur.


『“Pasal 3 PP 60 tahun 2013 menyebutkan bahwa LPKP berfungsi memfasilitasi akses permodalan bagi wirausaha muda pemula untuk mulai menjalankan usaha.” - Drs. Ponijan, M.Pd』

Itu dari sisi perkembangan politik kebijakan pemerintah. Lalu bagaimana dengan pemudanya sendiri?

『“Pola pikir (mindset) kewirausahaan harus dapat ditanamkan di para pemuda ASEAN sedari dini. Hal ini kiranya perlu, khususnya untuk mempersiapkan kalangan pemuda menghadapi ASEAN Economic Communitu(AEC)” - Imam Nahrowi』

Berdasarkan data Badan Statistik Indonesia, ratio kehadiran para wirausahawan baru di Indonesia kini bertumbuh menjadi 3,1% setelah sebelumnya bergerak pada angka 1,67% . Artinya hampir dua kali lipatnya, pertumbuhan ini bergerak ke arah yang signifikan.

Kemunculan brand-brand baru dalam dunia bisnis e-commerce, serta usaha online lannya yang digagas oleh para generasi muda Indonesia menjadi barometer yang dapat dijadikan fakta pertumbuhan tersebut. Menjamurnya tren kuliner baru dan distro yang kian kreatif sehingga selalu diincar calon pembeli di setiap even-even berskala nasional juga memberikan keabsahan hasil statistiknya.

Perkembangan teknologi informasi di Indonesia memang ikut berkontribusi dalam meningkatkan kelahiran entepreneur muda. Meleknya kaum muda Indonesia akan teknologi informasi memberikan mereka ide dalam membuat bisnis baru, bahkan sebelum mereka meraih gelar sarjana. Kecenderungan ini ditangkap oleh Agustinus Prasentyantoko, Rektor Unika Atma Jaya sebagai fenomena kekinian generasi muda (Tribunnews.com).

Meskipun pada hitungan angka rasio pertumbuhan ini masih minim dikarenakan masih di bawah negara seperti Thailand (5%), Malaysia (6%), dan Singapura (7%), trennya dapat kembali meningkat jika pemerintah benar-benar serius menggarap dan mengembangkan secara maksimum program kemandirian ekonomi generasi muda Indonesia ini.

Dalam satu kesempatan perbincangan saya dengan pegawai salah satu BUMN di Gili Trawangan, Lombok, beliau memberikan kesaksian bahwa semua perusahaan BUMN berkewajiban untuk menyisihkan hasil pemasukannya dan dihibahkan kepada masyarakat sekitar sebagai pembantu modal usaha kecil dan menengah. Hal ini sesuai mandat pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan wirausahawan baru. Dengan nilai modal yang cukup besar dan aplikasi yang mudah, setiap warga negara dapat mengajukan permohonan bantuan modal tersebut tanpa perlu khawatir merugi.

3 komentar:

THE PARADISE CALLED LOMBOK ISLAND


World Economic Forum (WEF) has released their report called Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI). Generally, the index shown that Indonesia has been placed on rank 42 from 136 countries, based on 4 sub index : enabling environment, travel and tourism policy and enabling conditioning, infrastructure, and last, natural and culture resources. Indonesia gained score 4,16 of 7. The achievement is making Indonesia jump eight level from their last position. It is good but though, its not great. Indonesia is positioned under their three neighbors in South Asia region; Singapore, Malaysia and Thailand.

Indonesia is known as the largest archiphelago country which 17.504 islands are connected by the strait and sea. This tropical country has unique culture and natural resources. World heritage sites, pristine beaches, unparalleled diving, rare wildlife, desert, and icy mountain, and also the diversity of language, culture, and food. This nation potentialy to be one of the world’s leading tourist destination.

Recently, the government has encouraged their self to build more infrastructure in many places. Airports and harbors which are made with international standard, trains access to the airport and in several places of South Sulawesi, a thousand miles of access road in Sumatera and Papua. Those program has been made to growth even more of economic and tourism in Indonesia. It set a target of 20 million foreign visitor by 2020, according to Minister of Tourism of Indonesian Republic. 

The infrastructure hasn’t built not only about an access of transportation issue, but also for entertainment purposes such as MotoGP circuit in Lombok Island. 

According to the Statistic Indonesia, there were 3 million visitors in Lombok through 2016. Lombok consist of group of islands. The biggest and main island called Lombok island, with other small islands scattered around it. There are hundred numbers of small islands around Lombok. The most popular group of island in the north called Gili Indah, where in the south an identical small islands spread alongside Sekotong which also beautiful. If you ever heard about Gili Kedis; it is one of small island in the south regency of Lombok that has a heart shape. No doubt, group islands of Lombok is dare to visit.

The mountain in Lombok called Rinjani. Mount Rinjani is the second-highest mountain in Indonesia. Stand gallantly in the north regency of Lombok island, Rinjani teased so many climbers. The height of this volcanic mountain in Indonesia is about 3726 meters, where in the lower and mid level area are quite heavily forested. Above the tree line the slopes are barren and rugged scree slopes and volcanic rock. The views of the crater lake are quite breath-taking from the caldera rim, as in the sunrise. The climbers could see Bali island to the west and Sumbawa island to the east while they reach the peak of the mountain.

Once, the king of Bali kingdom, Anak Agung Ngurah Karangasem couldn’t reach the peak of Mount Rinjani for pray to the god due his age obstacle. His worship to Ida Bharata is beyond the see and sky above. In the decision of true feeling to the god he built a replica of Mount Rinjani so he simply did pray in there. The replica remains standing as place of worship. With a beautiful views, trees, flowers and wellspring, the place known as Narmada Garden.

0 komentar:

PENYETAN : HITS DI SURABAYA, HITS JUGA DI JAKARTA



Sewaktu berwisata ke Surabaya di bulan April tahun ini, saya sempat menikmati sajian khas masakan wong Suroboyo, Sego Sambel. Pada pukul 11 malam, antrian sangat panjang di lapak Sego Sambel Mak Yeye yang begitu terkenal. Memang tidak salah kiranya begitu terkenal, sambalnya memang memanjakan lidah. Semakin malam justru Sego Sambel Mak Yeye semakin tampak penuh. Saya pun berkeyakinan bahwa Sego Sambel adalah makanan hits orang Surabaya.

Namun ada kekeliruan di sini. Kenyataan sesungguhnya saya temukan di Jakarta. 

Di saat bulan Ramadhan, rekan-rekan alumni kampus saya sepakat mengadakan buka puasa bersama di Mall Pejaten Village. Tepatnya berlokasi di restoran Penyetan Cok di lantai tiga gedung pusat perbelanjaan tersebut. Karena kondisi yang begitu penuh, kami gagal mendapatkan meja untuk 6 orang, sehingga harus dengan sabar menanti setelah kami menyelesaikan sholat Maghrib. Beruntung hal tersebut dapat terealisasi. Pramusaji Penyetan Cok dengan ramah membantu reservasi kami. Meja yang cukup panjang kami dapatkan di bagian timur agak ke tengah dalam restoran. Tak berapa lama, pesanan kami datang : satu keranjang penuh gorengan tahu-tempe-dan potongan ayam, satu piring tumis tauge-tahu, satu piring ikan bandeng presto, 4 macam aneka sambal, dua bakul nasi, dan terakhir, delapan gelas es teh manis. Di sela-sela menikmati hidangan Penyetan Cok, saya sempat bertutur tentang pengalaman saya merasakan nikmatnya Sego Sambel di Surabaya. Teman saya celetuk, “Sego sambel gak jauh beda dengan hidangan ini. Mereka sama-sama penyetan.”


Baiklah, saya mulai tercerahkan. Ada benang merah yang menjadikan Sego Sambel sama dengan penyetan. Sego Sambel yang saya lahap kala di Surabaya terdiri dari nasi lemak, 2 potong ikan pari, telur dadar, dan terakhir sambel khas Mak Yeye. Di konten terakhir ini merupakan kunci persamaannya. Artinya yang menjadikan mereka sama adalah di hidangan sambelnya. Nasi boleh beda. Lauk pun bisa memilih antara ikan-ikanan ataupun ayam, bahkan bebek sekalipun. Jika panganan tersebut di sandingkan dengan sambal, ianya adalah penyetan. Saya akui, orang Surabaya memang sangat praktis dalam berbahasa.

Beruntunglah Indonesia yang terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya semenjak jaman dahulu. Dari melimpahnya aneka ragam rempah, melimpah pula kekayaan ramuan sambel.


Di Penyetan Cok ini memiliki sekitar 15 aneka macam sambel yang disajikan. Ada sambel ijo, sambel Loro Ati, Sambel Jancok, Sambel Limau dan lain sebagainya. Semua sajian sambelnya pun murah meriah. Dari kisaran di bawah sepuluh ribu rupiah hingga dua puluh rupiah ada tersaji di sini. 

Sajian ikan bandengnya pun tak kalah gurih. Hal itu dikarenakan ikan bandeng dilapisi tepung terigu yang di masak hingga tampak kuning keemasan. Dagingnya yang empuk terasa nikmat jika disapu dengan aneka sambel yang dijual. Saat digigit, terasa “kriyuk” di mulut.

Jika dilihat dari penampakan tumis tauge-tahu Penyetan Cok, tampilannya cukup sederhana. Namun saat masuk ke mulut, sensasi bawang merah dan bawang putihnya bercampur dalam sengatan pedas sang tumis. Kuahnya yang agak berminyak serta ditaburi bawang goreng tak luput untuk kami santap.


Penyetan Surabaya memang juara.

Jika kita memandang perbedaan Sego Sambel dengan Penyetan dalam perspektif wong Suroboyo, saya rasa kita tidak akan bingung berlebihan, karena sambel buatan orang Surabaya sudah pasti enak.


Penyetan Cok ini memiliki beberapa cabang di Jakarta maupun di Surabaya. Bisa juga dengan mudah dipesan melalui aplikasi ojek online. Tidak perlu susah jika ingin menikmati hidangan Penyetan Cok. Mau pesan online, bisa. Pesan ditempat pun dilayanai dengan baik.

23 komentar:

RAMUAN ANTI-KARAT BUATAN AYAH


Karatan. Jika disandingkan dengan tubuh manusia, kosa kata ini menjadi sebuah ejekan. Perlu diketahui bahwa kata yang telah mengalami konstruksi makna dari kata asalnya “karat” ini berhubungan dengan besi. Karatan berarti sebuah proses kimia yang menyebabkan oksidasi logam dengan zat asam yang terdapat di udara. Ciri-ciri karatan pada logam dapat dilihat melalui struktur fisik logamnya yang menjadi merah kekuning-kuningan, dan menyebabkan berkurangnya fungsi logam.

Itu lah yang terjadi pada logam yang terdapat pada mesin kipas angin saya hari ini.

Pada saat saya kecil, kejadian ini pernah terjadi. Baling-baling pada kipas angin di ruang keluarga saya mendadak berhenti bekerja setelah sebelumnya terdengar suara menderik yang cukup keras. Saat diputar manual dengan tangan, baling-baling tersebut terasa berat dan enggan berputar. Suara derik logam di dalamnya terasa seperti rintihan orang sakit; begitu perih. Sudah dapat dipastikan kalau logam yang menjadi alat berputarnya baling-baling kipas angin saya itu mengalami karatan. Semakin saya memutarnya secara manual, baling-baling itu pun semakin tak berdaya. Lalu diam tak bergerak.

Hingga suatu ketika ayah saya pulang dari pekerjaannya melayari lautan Indonesia. Beliau kebingungan karena kipas angin yang baru beberapa bulan dibelinya tidak ada di tempat. Saya menjawab, “Ada di gudang.” Setelah ayah saya menanyakan alasan tindakan kami itu, saya menambahkan, “Rusak, yah. Baling-balingnya gak mau bekerja. Karatan.”

Mendengar penjelasan demikian, ayah saya mengerti atas apa yang terjadi dan segera melakukan tindakan cepat. Beliau datang ke dapur yang dipakai ibu saya untuk memasak, pada pagi itu, lalu menanyakan ke ibu di mana biasa ditaruh minyak sayur serta minyak tanah olehnya. Setelah mendapatkan barang yang dicari, ayah saya mencampurkan sebagian minyak tanah ke atas minyak sayur dalam satu wadah botol. Beliau pun keluar menuju halaman sambil membawa alat penyejuk ruangan kami. Di sana, beliau membongkar satu persatu kipas angin itu dan mengangkat baling-baling plastiknya hingga terlihat batang besi yang menonjol. Batangan besi itu tampak bersih dan tidak terlihat karatan. Ayah saya menjelaskan, “Yang berkarat di bagian dalamnya.” Ia kemudian mengambil satu batang lidi dan mencelupkannya ke dalam botol ramuannya, dan secara telaten melapisi bagian besi kipas angin yang sulit dijangkau dengan cairan berwarna emas itu.

Ramuan Anti-Karat Rumahan

“Kalau ada karatan lagi, mau di roda sepeda, roda pagar, gembok, atau di besi mana aja, pakai ini (campuran minyak sayur dan minyak tanah). Tunggu beberapa saat. Nanti alatnya bisa berfungsi baik lagi.” Demikian ayah saya mengajari kami.

Cairan berkilau emas itu memang manjur. Setelah beberapa lama penantian, ramuannya menunjukkan hasil; tonjolan besi itu tidak lagi terasa keras diputar dengan cara manual. Pertanda baik. Kami segera memasang kembali kipas angin rumah kami itu satu-persatu, dan memencet tombol "on". Baling-baling itu pun menciptakan gerakan angin tanpa kendala. Suara putarannya juga halus tanpa rengekan.

Sampai saat ini, ramuan ayah itu selalu berada di salah satu pojok rumah kami. Penyelamat kami jika terjadi sesuatu pada logam-logam besi di rumah. Hari ini pun, kipas angin di kamar saya diselamatkan olehnya. 

Ramuan tersebut juga bisa memperbaiki logam yang terpapar oleh air laut. Seperti halnya logam besi pada fidget spinner keponakan saya yang sempat dibawanya saat berjalan-jalan ke pantai Ancol, dua hari lalu. Alat permainan itu tercebur ke pantai. Karena mengalami karatan, spinner berwarna biru itu hampir dibuang ke tempat sampah. Saya menyelamatkan alat permainan milik anak kakak saya dari bencana dengan ramuan anti-karat racikan kakeknya.

Bahan cairan anti-karat ayah saya mudah didapat dan murah dibeli, karena minyak tanah non-subsidi dapat dicari secara online, salah satunya di Tokopedia. Cukup campurkan minyak sayur di atas minyak tanah, dan voila, permasalahan besi di rumah anda terselesaikan!

Ramuan Anti-Karat ala Ayah Saya


25 komentar: